BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
System
pengolahan air limbah diklasifikasikan menjadi system sanitasi setempat dan
system sanitasi terpusat. System sanitasi setempat adalah penanganan air limbah
di tempat sumber penghasilannya. Contohnya adalah tangki septic dan sumur
resapan. Tangk septic umumnya digunakan untuk mengolah limbah tinja. Sumur
resapan digunakan untuk menampung air limbah lainnya (dapur, cucian, mandi)
termasuk cairan dari tangki septic, yang selanjutnya diresapkan dalam tanah.
Lumpur tangki septic secara periodic dikuras dan dihantarkan truk tinja menuju
Instalsi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT).
Untuk
air limbah hasil proses engolahan air minum pada umumnya diolah secara
setempat. Hal tersebut merupaka kesatuan manajemen air dalam skala perusahaan.
Karena iu pengolahan air limbah proses air minum merupakan sanitasi setempat.
System
sanitasi terpusat adalah penanganan air limbah diluar tempat sumber
penghasilannya. Air limbah dikumpulkan dan dialirkan melalui perpipaan menuju
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terpusat. Jadi, IPLT merupakan system
sanitasi terpusat bagi lumpur tengki septic.
Hasil
pengolahan air limbah melalui IPAL maupun IPLT dapat dirancang untuk pembuangan
keperairan sumber air baku atau dimanfaatkan sebagai irigasi lahan agrikultur
atau pasukan kolam akuakultur. Dengan demikian, masing-masing system sanitasi
mencakup komponen :
a. Sumber
air Limbah.
b. Pengolahan
air limbah.
c. Pembuangan
ke lingkungan..
d. Segala
sarana dan prasarana pengaliran air limbah
Tujuan sajian makalh ini adalah
menyiapkan metode penjaminan mutu air secara akotoksikologi pada sumber asal
air limbah, proses pengolahan sampai pembuangan ke lingkungan dan
pemanfaatannya untuk berbagai kegunaan.
Adapun Kompetensi yang ingin di
capai pada makalah ini adalah untuk :
1. Mendeskripsikan
prinsip proses pengolahan air limbah yang telah ada
2. Menunjukkan
konstribusi ekotoksikologi dalam proses pengolahan air limbah.
3. Memahami
pentingnya peringatan dini untuk penjaminan mutu air limbah.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
deskripsi teknosfer air limbah ?
2. Bagaimana
melakukan kajian stimulant mesokosmos system sanitasi setempat?
3. Bagaimana
ekotoksikologi system sanitasi terpusat?
C.
Tujuan
1. Mahasiswa
dapat mengetahui deskripsi teknosfer air limbah.
2. Mahasiswa
dapat melakukan kajian stimulant mesokosmos system sanitasi setempat.
3. Mahasiswa
dapat mengetahui tentang ekotoksikologi system sanitasi terpusat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Praktik
Kualitas
air limbah adalah fluktuatif sesuai pola aktifitas penghasil limbah. Pengolahan
air limbah membutuhkan kuantitas konstan sesuai dengan kapasitas bangunannya.
Hasil kuantitas air limbah adalah konstan. Masalah perbedaan status kuantitas
itu diselesaikan dengan penyediaan bak penampung air limbah.
Mutu
air limbah adalah fluktuatif sesuai pola aktifitas penghasil limbah. Sejauh ini
penetapan proses pengolahan air didasarkan atas hasil analisis fisik, kimia dan
microbial yang dilakukan secara laboratories. Analisis laboratories dilakukan
secara berulang waktu guna mengetahui mutu terburuk dan kecendrungan perulangan
mutunya. Jumlah parameter baku mutu lingkungan penerimanya sehingga dapat
diperbandingkan parameter man yang membutuhkan proses pengolahan.
B.
Tinjauan
Teori
Kinetika zat dalam media penampung
air limbah berkaitan dengan distribusi zat, pengenceran dan transformasi zat.
Demikian pula dinamika zat dalam makhluk hidup yang di deskripsikan sebagai
respons biota air limbah dan hubungannya dalam proses pengolahan air limbah.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Teknosfer
Air Limbah
Sebagaimana
proses microbial air minum, makal proses
microbial untuk pengolahan air limbah memerlukan perlakuan sama.
Batasan-batasan beban pengolahan, efisiensi proses dan pemantauan proses, kesemuanya
dapat menggunakan kaidah ekotoksikologi. Terlebih adlah pembuangan air limbah
terolah ke lingkungan baik pembuangan apa adanya maupun pembuangan untuk
pemnfaatan akuakultur dan agrikultur. Jaminan mutu bagi pembuangan air libah
terolah untuk berbagai keperluan tersebut memerlukan kajian ekotoksikologi
tidak hanya untuk berbagai keperluan tersebut memerlukan kajian ekotoksikologi.
Penerapan ekotoksikologi tidak hanya untuk instalasi pengolahan air limbah
skala besar sentralistik, juga untuk skala kecil termasuk perumahan dan
bangunan individual. Salah satu contoh adalah desain bed evapotranpirasi ir
libah memerlukan kajian fitotoksikologi dan mikrotoksikologi.
Dengan
demikian, penerapan ekotoksikologi dalam system penyediaan air limbah etidaknya
mencakup:
1. Komponen
Sistem :
a. Pengolahan
air limbah sanitasi setempat, terutama berkaitan dengan proses microbial dalam
bed resapan dan proses kombinasi fitoteknologi dalam bed evapotranspirasi.
b. Pengolahan
air limbah sanitasi terpusat, yang meliputi penanganan teknologi pengolahan air
limbah dari sumber air limbah sampai dengan hasil air limbah terolah yang siap
pemanfaatan berbagai kebutuhan.
2. Pengendalian
mutu air libah :
a. Peringatan
dini (early warning system) mutu air limbah dari sumber asal. Perihal ini sangat
penting untuk pengendalian proses pengolahan air limbah.
b. Penjaminan
mutu hasil proses dan dalam hal penggunaan air limbah untuk pemanfaatan.
Kebutuhan
proses ditinjau melalui dua asprk berkait. Pertama adalah aspek perlakuan
proses, yang mencakup proses fisik, kimiawi, dan microbial baik digunakan
tersendiri maupun kombinasinya. Kedua adalah aspek hasil proses, yang mencakup
proses pemisahan (separasi) zat dari larutan dan perubahan struktur
(transformasi) zat menjadi bentuk lain yang tidak berbahaya. Sedimentasi awal
adalah contoh perlauan proses secara fisik untuk menghasilkan pemisahan
partikel dari air. Kolam aerasi adalah contoh perlakuan proses secara fisik
untuk menghasilkan transformasi zat secara microbial.
Pemantauan
mutu air, baik untuk air limbah maupun air limbah dilaksanakan dengan analisis
laboratories parameter mutu. Analisis kandungan zat-zt fisik kimiawi
membutuhkan waktu berhari-hari. Jika ternyata air mengandung zat berbahaya,
maka masalah telah menyebar dan pengendaliannya terlambat. Dalam kondisi
demikian, maka konstribusi ekotoksikologi adalah memberikan indicator sebagai
peringatan dini terjadinya masalah.
B.
Kajian
Stimulan Mesokosmos Sistem Snitasi Setempat
1. Teknologi
Resapan Tanah
Berdasarkan
pengamatan lapangan di banyak kota besar, praktek sanitasi setempat yang ada
mengunakan resapan tanah an modifikasi setempat.
AIR LIMBAH
|
TANGKI SEPTIK SEKALIGUS BED/
SUMUR RESAPAN
|
AIR
TANAH TERCEMAR AIR LIMBAH
|
AIR
LIMBAH
|
TANGKI SEPTIK SEKALIGUS BED/
SUMUR RESAPAN
|
AIR
TANAH TERCEMAR AIR LIMBAH
|
SALURAN TERCEMAR AIR LIMBAH
|
AIR LIMBAH
|
TANGKI SEPTIK SEKALIGUS BED/
SUMUR RESAPAN
|
BED/
SUMUR RESAPAN
|
Got/ saluran drainase
AIR
TANAH TERCEMAR AIR LIMBAH
|
Gambar di atas biasa ditemui pada
perumahan yang cukup tersedia lahan bebas untuk penempatan tangki septic dan
sumur resapan terpisah. Ketiga jenis penerapan sanitasi setempat yang ada
menghasilkan pencemaran air tanah dalam ukuran nitrat melebihi 75 mg L-1,
yang melebihi baku mutu air minum. Dalam kondisi demikian air limbah tidak
dapat dimanfaatkan sebagai sumber air minum tanpa pengolahan yang memadai.
2. Mesokosmos
Mikrotoksikologi Bed Resapan
Bed
resapan air limbah dalam tanah merupakan sarana pengolahan alamiah menggunakan mikroba tanah yang ada.
Kelayakan penggunaan bed resapan tidak semata dikaji secara kuantitatif
berdasarkan kemampuan tanah meresapkan air limbah, namun perlu kajian
kualitatif berdasarkan kemampuan mikroba pengolahan air limbah.
(bagian atas tertutup rapat)
|
TABUNG
|
Setelah
24 jam larutan
dititrasi u/ mendapatkan
CO2 tertangkap
Tabung berisi NaOH (atau KOH) 1m
|
Udara bebas
C6H12O6 +
6O2
6
CO2 + 6 H2O
BED/SUMUR
RESAPAN
|
Aliran dari
Tangki septik
3.
Teknologi Bed
Evapotranspirasi
Dalam
kondisi bed respan yang ada tidak mampu memproses air limbah, maka sanitasi
setempat yang ada dapat diperbaiki menggunakan teknologi bed evapotranspirasi
menggunakan tumbuhan diaas sumur resapan yang ada dengan dua pilihan. Pilihan
fitoteknologi air limbah sanitasi setempat meliputi :
a. bed evapotranspirasi
resapan (BER).
b. Bed evapotranpirasi
(BE).
Kemampuan
kedua jenis bed evapotranspirasi untk memproteksi mut air tanah ditambah dengan
keuntungan perluasan RTH skal mikro perumahan. Ragam jenis tumbuhan
rumput-rumputan, tumbuhan herbal, tumbuhan berkayu, mampu mentranspirasikan air
limbah dalam jumlah melebihi resapan. Disamping itu, ragam tumbuhan mampu
mengolah fluktuasi mutu air limbah. Bed evapotranspirasi sebagian besar dalam
kondisi aerobic sehingga hasil transformasi pencemar terbesar adalah mineral
dan gas karbon dioksida. Keduanya menjadi masukan siap saji bagi kebutuhan
tumbuhan yang ada. Proses demikian benar adnya dengan indicator tumbuhan bed
evapotranspirasi tumbuh subur.
4.
Mesokosmos
Fitotoksikologi Bed Evapotranspirasi
Penelitian
stimulasi laboratorium terhadap teknologi bed evapotranspirasi dilakukan untuk
menurunkan nitrat sekitar 100 mg/L dalam air limbah menggunakan tumbuhan rumput
gajah , kacang tanah, dan bayam tahun.percobaan konsntrasi nitrat adalah lebih
tinggi disbanding temuan yang diperoleh untuk mengantisipasi.
C.
Ekotoksikologi
Sistem Sanitasi Terpusat
1.
Teknologi Modul
Teknologi modul
adalah penerapan sanitasi kolektif sejumlah bangunan yang dapat direplikasi
untuk tempat-tempat lain. Sanitasi kolektif membutuhkan sarana perpipaan untuk
menghasilkan air limbah menuju tempat pengolahan air limbah. Karenanya
teknologi modul adalah sanitasi terpusat skala kecil. Teknologi modul adalah
tahapan pengembangan untuk sanitasi terpusat skala kota.
Kontribusi
ekotoksikologi pada sanitasi modul adalah sama dengan sanitasi setempat. Mikrotoksikologi
berperan dalam penetapan lokasi bed resapan air limbah. Fitotoksikologi
berperan dalam penggunaan bed evapotranspirasi.
2.
Teknologi Tepusat
a. Kajian Stimulan
Fitotoksikologi
Teknologi
sanitasi terpusat dicirikan oleh kuantitas besar air limbah dan jenis air
limbah yang terolah. Untuk pengolahan air limbah secara fitotoksikologi maka
perlu diperhatikan jenis tumbuhan yaitu :
i.
Jenis tumbuhan dapat
tumbuhan air untuk mengolah lombah cair dan tumbuhan tanah untuk mengolah
lumpur hasil pengolahan.
ii.
Jenis tumbuhan dipilih
berdasarkan indeks pompa tumbuhan, RGR dan kemampuan absorpsi berbagai zat
pencemar.
iii.
Kemampuan tumbuhan
untuk mengalihkan aliran limbah dari bak pengolahan menuju udara, dan efek zat
terhadap tumbuhan.
Aliran
air limbah dari bak penampungan melalui akar dan masuk ke dalam tumbuhan serta
kaluar ke udara sebagai aliran transpirasiadalah penting dalam pengolahan air
limbah.
b. Konsentrasi Zat dan
Efek Luas Daun
Zat-zat
kimia tidak lepas semuanya ke udara melainkan sebagian mengalami ikatan dengan lignin
tumbuhan (lignifikasi) dan/atau mengalami transformasi menjadi bentuk lain.
Hasilnya adalah jumlah zat kimia yang leralirkan melalui akar adalah lebih
sedikit yang keluar melalui daun.
c. Penilian Efisiensi
Proses Pengolahan Berbasis Konsentrasi Zat
Contoh :
CODo=300mg/L
|
Contoh
:
CODi
= 100mg/L
|
Proses
Mikrobial
Contoh
:
Bak
Imhoff Anaerobik
|
d. Penilaian Efisiensi
Proses Pengolahan Berbasis Toksisitas Zat
Kelemahan
penilaian efisiensi penurunan konsentrasi zat untuk proses hayati bagi air
limbah dapat disubtitusi oleh penilaian efisiensi penurunan toksisitas zat
(Etoks). Metode toksisitas zat dapat dilaksanakan menggunakan uji
mikrotoksisitas di tempat pada titik pasokan dan titik hasil bak pengolah.
e. Tanggap Darurat Proses
Hayati
Instalasi
fitoproses eceng gondok sebagai sara tanggap darurat diketengahkan
Contoh:
CODi
= 1000 mg/L
|
Proses Tumbuhan
Contoh:
BAK ECENG GONNDOK
|
Contoh
:
CODo
= 100 mg/L
|
Dalam maksud pembuangan air limbah
ke perairan dan penggunaan hasil air limbah untuk pemanfaatan lahan agrikultur,
metode penilaian efisiensi proses dapat menggunakan uji mikrotoksisitas,
biotoksisitas dan fitotoksisitas secara terpadat.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Uji
ekotoksisitas diperlukan dan penting untuk fitoteknologi sanitasi setempat,
terpusat dan lahan agrikultur maupun akuakultur, terutama untuk penilaian
efisiensi proses pengolahan bebasis toksisitas zat, tanggap darurat proses
hayati dan penjaminan mutu air limbah. Dengan pengolahan air limbah menggunakan
tanaman seperti eceng gondok dapat menurangi toksisitas limbah sehingga
lingkungan kita akan sedikit terbebas dari zat yang berbahaya seperti air
limbah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar