MATA
KULIAH : PARASITOLOGI
DOSEN : SULASMI,SKM,M.Kes
INSECTA
“NYAMUK ANOPHELES ACUNITUS”
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 13
NAMA
:
1.
MIFTAHUL
JANNAH ISMAIL (PO.71.3.221.14.1.021)
2.
MUSRIANTI (PO.71.3.221.14.1.024)
3.
SYAIFUL (PO.71.3.221.14.1.044)
TINGKAT/
SEMESTER : I.A
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D.III
KATA PENGANTAR
Assalamu
Alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam menambah Ilmu tentang jenis nyamuk
Anopheles Acunitus yang bersifat parasit.
Harapan
kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah
ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Makassar,
15 Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang 4
B. Rumusan
Masalah 4
C. Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah
Nyamuk Anopheles Aconitus 5
B. Penyebaran
Nyamuk Anopheles Acunitus 5
C. Taksonomi
Nyamuk Anopheles Aconitus 6
D. Morfologi
Nyamuk Anopheles Aconitus 6
E. Habitat
Nyamuk Anopheles Acunitus 8
F. Siklus
Hidup Nyamuk Anopheles Acunitus 8
G. Penyakit
Yang Disebabkan Oleh Nyamuk Anopheles Acunitus 12
H. Pencegahan
Nyamuk Anopheles Acunitus 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 17
B. Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyamuk Anopheles sp
adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Di dunia kurang lebih terdapat 460 spesies
yang sudah dikenali, 100 diantaranya mepunyai kemampuan menularkan malaria dan
30-40 merupakan host dari parasite Plasmodium yang merupakan penyebab malaria
di daerah endemis penyakit malaria. Di Indonesia sendiri, terdapat 25 spesies
nyamuk Anopheles yang mampu menularkan penyakit Malaria.salah satu nyamuk
anopheles yang di kaji dlam makalah ni adalah Nyamuk Anopheles Acunitus.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah
nyamuk Anopheles Aconitus ?
2. Bagaimana penyebaran nyamuk Anopheles Aconitus ?
3. Bagaimana taksonomi nyamuk Anopheles Aconitus ?
4. Bagaimana morfologi nyamuk Anopheles Aconitus ?
5. Bagaimana habitat nyamuk Anopheles Aconitus ?
6. Bagaimana siklus hidup nyamuk Anopheles Aconitus ?
7. Apa
penyakit yang disebarkan oleh nyamuk Anopheles Aconitus ?
8. Bagimana
pencegahan nyamuk Anopheles Aconitus
?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
sejarah nyamuk Anopheles Aconitus.
2.
Untuk mengetahui
penyebaran nyamuk Anopheles Aconitus.
3.
Untuk mengeteahui
taksonomi nyamuk Anopheles Aconitus.
4.
Untuk mengetahui
morfologi nyamuk Anopheles Aconitus.
5.
Untuk mengetahui
habitat nyamuk Anopheles Aconitus.
6.
Untuk mengetahui
siklus hidup nyamuk Anopheles Aconitus.
7.
Untuk mengetahui penyakit
yang disebarkan oleh nyamuk Anopheles
Aconitus.
8.
Untuk mengetahui pencegahan
nyamuk Anopheles Aconitus.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Nyamuk Anopheles
Acunitus
Menurut
Hiswani (2004), vektor An. Aconitus pertama sekali ditemukan oleh Donitz
pada tahun 1902. Vektor jenis An. aconitus betina paling sering
menghisap darah ternak dibandingkan darah manusia. Perkembangan vektor jenis
ini sangat erat hubungannya dengan lingkungan dimana kandang ternak yang
ditempatkan satu atap dengan rumah penduduk.
Di
Indonesia nyamuk ini terdapat hampir diseluruh kepulauan, kecuali Maluku dan
Irian. Biasanya dijumpai di daratan rendah tetapi lebih banyak di daerah kaki
gunung dengan ketinggian 400-1000 m dengan persawahan bertingkat. Nyamuk ini
merupakan vektor pada daerah tertentu di Indonesia, terutama di Tapanuli, Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Bali. Biasanya aktif mengigit pada waktu malam hari,
hampir 80% dari vektor ini bisa dijumpai diluar rumah penduduk antara jam 18.00
-22.00. Nyamuk jenis Aconitus ini hanya mencari darah di dalam rumah
penduduk. Setelah itu biasanya langsung keluar. Nyamuk ini biasanya suka
hinggap di daerah-daerah yang lembab. Seperti dipinggir-pinggir parit, tebing
sungai, dekat air yang selalu basah dan lembab (Hiswani, 2004).
B.
Penyebaran
Nyamuk Anopheles Aconitus
Anopheles ditemukan pada hampir seluruh
dunia, kecuali di Antartika (kutub selatan). Malaria ditularkan oleh spesies Anopheles
yang berbeda, tergantung dari daerah dan kondisi lingkungan. Kejadian malaria
pada masa lampau pernah terjadi di iklim dingin, sebagai contoh malaria terjadi
di Canada pada tahun 1820 selama pembangunan kanal Rideau. Sejak saat itu,
parasit Plasmodium dibasmi di hampir seluruh negara-negara di dunia.
Distribusi Anopheles aconitus di Indonesia meliputi daerah
Lampung, Jawa tengah, D.I Yogyakarta, Jawa timur, Bali, Nusa Tenggara
timur dan Nusa Tenggara barat.
C.
Taksonomi
Nyamuk Anopheles Aconitus
Posisi
di dalam sistem klasifikasi (klasifikasi ilmiah) adalah:
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Class:
Insecta
Order
: Diptera
Superfamily
: Culicoidea
Family
: Culicidae
Subfamily
: Anophelinae
Genus
: Anopheles
Species
: Anopheles Aconitus
D.
Morfologi Nyamuk Anopheles Aconitus
Gambar 1.2
Morfologi Nyamuk Anopheles
Nyamuk memiliki ciri-ciri umum,
yaitu ukuran tubuh yang relatif kecil (4 mm - 13 mm) dan rapuh. Kepalanya
mempunyai probosis halus dan memiliki panjang yang melebihi panjang kepala dan
merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo
Diptera dan family Culicidae. Nyamuk dewasa berbeda dari ordo Diptera lainnya
karena nyamuk memiliki probosis yang panjang dan sisik pada bagian tepi dan
vena sayapnya. Tubuh nyamuk terdiri atas tiga bagian yaitu kepala, dada dan
perut. Nyamuk memiliki sepasang antena berbentuk filiform berbentuk panjang dan
langsing serta terdiri atas 15 segmen. Antena dapat digunakan sebagai kunci
untuk membedakan kelamin pada nyamuk dewasa. Antena nyamuk jantan lebih lebat
daripada nyamuk betina .
Palpus dapat digunakan sebagai kunci
identifikasi karena ukuran dan bentuk palpus masing-masing spesies
berbeda. Sepasang palpus terletak diantara antena dan probosis.
Palpus merupakan organ sensorik yang digunakan untuk mendeteksi
karbondioksida dan mendeteksi tingkat kelembaban. Probosis merupakan
bentuk mulut modifikasi untuk menusuk. Nyamuk betina mempunyai probosis
yang lebih panjang dan tajam, tubuh membungkuk serta memiliki bagian
tepi sayap yang bersisik. Dada terdiri atas protoraks, mesotoraks dan
metatoraks. Mesotoraks merupakan bagian dada yang terbesar dan pada bagian atas
disebut scutum yang digunakan untuk menyesuaikan saat terbang. Sepasang
sayap terletak pada mesotoraks. Nyamuk memiliki sayap yang panjang, transparan
dan terdiri atas percabangan-percabangan (vena) dan dilengkapi dengan sisik.
Kaki terdapat pada setiap segmen dan dilengkapi dengan sisik.
Pada nyamuk betina probosis dipakai
sebagai alat untuk menghisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan untuk
menghisap bahan-bahan cair seperti cairan tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan juga
keringat. Di kiri kanan probosis terdapat palpus yang terdiri dari 5 ruas dan
sepasang antenna yang terdiri dari 15 ruas. Antena pada nyamuk jantan berambut lebat
(plumose) dan pada nyamuk betina
jarang (pilose). Sebagian besar torax
yang tampak (mesonotum), diliputi
bulu halus. Bulu ini berwarna putih/kuning dan membentuk gambaran yang khas
untuk masing-masing spesies. Posterior dari mesonotum terdapat skutelum yang
pada anophelini bentuknya melengkung (rounded)
dan pada culicini membentuk 3 lengkung (trilobus). Sayap nyamuk panjang dan
langsing, mempunyai vena yang permukannya ditumbuhi sisik-sisik sayap (wing scales) yang letaknya mengikuti
vena. Pada pinggir sayap terdapat sederetan rambut yang disebut fringe. Abdomen berbentuk silinder yang
terdiri atas 10 ruas. 2 ruas yang terakhir berubah menjadi alat kelamin. Nyamuk
mempunyai 3 pasang kaki (hexapoda) yang melekat pada toraks dan tiap kaki
terdiri dari 1 ruas femur, 1 ruas tibia dan 5 ruas tarsus.
E.
Habitat Nyamuk Anopheles Aconitus
Tempat istirahat An. aconitus
pada umumnya di tempat yang mempunyai kelembaban tinggi dan intensitas cahaya
rendah, serta di lubang tanah bersemak. An. aconitus hinggap di
tempat-tempat dekat tanah. Nyamuk ini biasanya hinggap di daerah-daerah yang
lembab, seperti di pinggir-pinggir parit, tebing sungai, dekat air yang selalu
basah dan lembab
Tempat
perindukan vektor Aconitus terutama didaerah pesawahan dan saluran
irigasi. Persawahan yang berteras merupakan tempat yang baik untuk perkembangan
nyamuk ini. Selain disawah, jentik nyamuk ini ditemukan pula ditepi sungai yang
airnya mengalir perlahan dan kolam air tawar. Distribusi dari An. Aconitus,
terdapat hubungan antara densitas dengan umur padi disawah. Densitas mulai
meninggi setelah tiga – empat minggu penanaman padi dan mencapai puncaknya
setelah padi berumur lima sampai enam minggu (Hiswani, 2004).
F.
Siklus Hidup Nyamuk Anopheles Aconitus
Gambar 2.2
Siklus Hidup Nyamuk Anopheles Aconitus
Anopheles aconitus adalah genangan air dengan dasar
tanah seperti dipinggiran sawah dan parit. Nyamuk betina dewasa mampu hidup
sampai satu bulan atau bahkan lebih di laboratorium tetapi di alam umumnya 1-2
minggu.
1.
Telur Anopheles aconitus
Telur-telur
Anopheles diletakan di permukaan air secara individual atau
saling berlekatan di ujung-ujungnya. Masing-masing telur memiliki panjang
sekitar 0,44 mm dengan sepasang sayap pengapung yang melekat sepanjang
kira-kira 0,8 mm di sisi panjangnya (Reid 1968 dalam Winarno 1989). Jumlah
telur yang dikeluarkan oleh setiap ekor nyamuk betina rata-rata 38 butir dengan
jumlah maksimum 117 butir (Horsfall 1955 dalam Winarno 1989). Adapun
hasil pengamatan Barodji et al. (1985) setiap ekor nyamuk betina dapat
menghasilkan telur yang bervariasi yaitu 2-168 butir telur dengan rata-rata 91
butir.
Telur
menetas 2-3 hari, pada kondisi dingin telur baru menetas setelah 2-3
minggu . Menurut Barodji et al. (1985) dalam keadaan normal
telur-telur Anopheles aconitus menetas setelah 48 jam. Suhu optimum
untuk perkembangan telur Anopheles aconitus adalah 25-360C,
sedangkan pada suhu 20 dan 400C akan menurunkan aktivitas
fisiologisnya .
2.
Larva Anopheles aconitus
Larva
Anopheles aconitus mengalami perkembangan kepala dengan baik dilengkapi
sikat pada mulutnya yang berfungsi saat makan. Larva mempunyai thorax
yang lebar dan mempunyai abdomen yang bersegmen-segmen. Larva belum mempunyai
kaki. Berbeda dengan larva lain, larva Anopheles aconitus tidak
mempunyai siphon sehingga posisi larva paralel terhadap permukaan air.
Larva
bernafas melalui sepasang spirakel yang berada pada segmen abdomen ke-8,
sehingga seringkali larva harus naik ke permukaan air (Gambar 1b). Larva
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk memakan alga, bakteri dan
mikroorganisme lain yang ada di lapisan permukaan air yang tipis. Larva akan
segera menyelam bila mengalami gangguan, bergerak dengan menggerakkan seluruh
anggota badannya termasuk menggerakkan sikat yang ada pada mulutnya.
Larva mengalami 4 tahap perkembangan atau instar selama 9-12 hari (Barodji et
al. 1985). Setelah mencapai larva 4, larva akan berubah menjadi pupa.
Larva
umumnya ditemukan di air yang bersih, rawa, hutan mangrove, sawah, parit, tepi
sungai dan genangan air hujan. Spesies lain dapat ditemukan di tempat
yang banyak tumbuh-tumbuhan.
3.
Pupa Anopheles Aconitus
Pupa
dilihat dari samping berbentuk seperti koma. Kepala dan thorax
menyatu menjadi cephalothorax dengan abdomen melengkung. Seperti
halnya larva, pupa seringkali naik ke permukaan air untuk bernafas.
Pupa
bernafas menggunakan sepasang alat respirasi berbentuk terompet yang ada di
dorsal cephalothorax (Gambar 1c). Seteleh beberapa hari, bagian dorsal dari
cephalothorax akan sobek dan nyamuk dewasa akan muncul. Umur pupa pada
suhu 23-320C dan kelembaban 58-85% rata- rata dua
hari (Barodji et al. 1985).
4.
Anopheles Aconitus Dewasa
Lama
perkembangan dari telur menjadi dewasa bervariasi tergantung pada suhu
lingkungan, kelembaban dan makanan. Nyamuk dapat berkembang dari telur
menjadi dewasa paling cepat 5 hari, tetapi umumnya membutuhkan waktu 10-14 hari
pada iklim tropis. Anopheles aconitus dewasa mempunyai bentuk tubuh yang
ramping terdiri dari tiga bagian tubuh; kepala, thorax dan abdomen.
Kepala mempunyai kemampuan khusus untuk menangkap informasi melalui sensor.
Kepala mempunyai sepasang mata dan antena yang bersegmen-segmen. Antena
merupakan bagian yang penting untuk mendeteksi bau induk semang dan mendeteksi
tempat yang cocok untuk bertelur. Kepala juga mempunyai probosis yang digunakan
untuk menghisap darah dan mempunyai dua sensor palpi. Thorax
berfungsi sebagai alat lokomosi. Tiga pasang kaki dan sepasang sayap juga
terletak di bagian thorax. Abdomen berfungsi sebagai tempat pencernaan
dan tempat perkembangan telur. Segmen abdomen dapat melebar pada saat menghisap
darah. Darah yang telah dihisap dan disimpan di dalam abdomen, dicerna sebagai
sumber protein yang berguna dalam pematangan telur.
Nyamuk
Anopheles dapat dibedakan dengan nyamuk yang lain dari palpi dan
sayap. Palpi pada Anopheles mempunyai panjang yang sama dengan
probosis, sedangkan pada sayap terdapat bentukan balok
berwarna hitam putih. Anopheles dewasa juga mempunyai ciri khas
pada saat posisi istirahat, baik jantan maupun betina akan nungging
pada saat istirahat. Setelah beberapa hari muncul dari pupa menjadi dewasa, Anopheles
dewasa akan melakukan perkawinan. Proses perkawinan biasanya terjadi di
sore hari dengan cara jantan yang mendatangi sekawanan betina. Antara nyamuk
jantan dan betina dapat dibedakan dari antenanya. Antena jantan bersifat
plumose sedangkan yang betina bersifat pilose (Gambar 1d).
Gambar 3.2
Siklus Hidup Nyamuk Anopheles Aconitus
Gambar 4.2
Siklus Hidup Nyamk Anopheles Aconitus
Jantan hidup sekitar satu minggu
dengan menghisap nektar atau gula dari sumber yang lain. Betina juga
membutuhkan nektar untuk energi selain darah. Setelah kenyang darah,
betina akan beristirahat selama beberapa hari sementara. darah akan dicerna dan
telur mengalami perkembangan. Proses ini tergantung pada suhu, umumnya
membutuhkan 2-3 hari pada iklim tropis. Betina di alam dapat hidup 2-3 minggu,
tetapi di laboratorium betina dapat hidup selama satu bulan atau lebih.
Lama hidup Anopheles sangat tergantung pada suhu, kelembaban
dan kemampuan dalam mencari darah.
G.
Penyakit
yang Disebarkan oleh Nyamuk Anopheles Aconitus
Gambar
5.2
Proses
Infeksi Malaria Oleh Gigitan Nyamuk Anopheles Aconitus
Gejala
yang disebabkan gigitan nyamuk Anopheles ini dibagi menjadi dua bagian yaitu
gejala malaria ringan tanpa komplikasi dan gejala malaria berat dengan
komplikasi, namun gejala malaria yang utama yaitu seperti demam tinggi disertai
menggigil, kepala pusing, mual, muntah, nyeri otot, diare, dan pegal-pegal.
Gejala yang timbul berbeda beda tergantung daya tahan tubuh penderita, apabila
suhu badan atau gejala yang ditimbulkan mulai terasa maka sangat dianjurkan
bagi anda untuk segera memeriksakan diri kedokter.
Penyakit
malaria ini harus segera ditindak lanjuti karna sebagian orang yang pernah
mengalami sakit tersebut sangat kecil kemungkinan bisa bertahan hidup apabila
sudah mencapai stadium gejala malaria berat, karna virus yang disebabkan nyamuk
Anopheles sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh, maka sangat dianjurkan bagi
anda untuk sering-seringlah untuk melakukan penyemprotan masal disekitar
lingkungan rumah agar terhindar dari sarang nyamuk Anopheles ini, bagi anda
yang ingin mengetahui terjangkit atau tidaknya virus tersebut kini banyak
tersedia alat tes malaria ditoko-toko alat kesehatan yang sangat membantu anda
untuk mengetahui hasil positif atau negatifnya kondisi tubuh anda.
H. Pengendalian Nyamuk Anopheles Aconitus
Penanggulangan malaria seharusnya
ditujukan untuk memutuskan rantai penularan antara Host, Agent dan Environment,
pemutusan rantai penularan ini harus ditujukan kepada sasaran yang tepat,
yaitu :
1)
Pemberantasan
Vektor
Penanggulangan
vektor dilakukan dengan cara membunuh nyamuk dewasa (penyemprotan rumah dengan Insektisida).
Dengan di bunuhnya nyamuk maka parasit yang ada dalam tubuh, pertumbuhannya di
dalam tubuh tidak selesai, sehingga penyebaran/transmisi penyakit dapat
terputus.
Demikian
juga kegiatan anti jentik dan mengurangi atau menghilangkan tempat-tempat
perindukan, sehingga perkembangan jumlah (Density) nyamuk dapat
dikurangi dan akan berpengaruh terhadap terjadinya transmisi penyakit malaria.
Menurut
Marwoto (1989) penangulangan vektor dapat dilakukan dengan memanfaatkan ikan
pemakan jentik. Penelitian Biologik yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
prospek terbaik adalah ikan, karena mudah dikembangbiakkan, ikan suka memakan
jentik, dan sebagai sumber protein bagi masyarakat.Penggunaan ikan nila merah (Oreochromis
Nilotis) sebagai pengendali vektor telah dilakukan.
Menurut
Nurisa (1994), ikan nila memiliki daya adaptasi tinggi diberbagai jenis air.
Nila dapat hidup di air tawar, air payau, dan di laut.
2)
Pengendalian
Vektor
Kontrol
vektor malaria ini dimaksudkan untuk melindungi individu terhadap gigitan
nyamuk yang infektif, menurunkan populasi nyamuk, mencegah vektor menjadi
infektif dan pada tingkat masyarakat berguna untuk mengurangi intensitas
transmisi malaria secara local.
Pengendalian
vektor malaria dilaksanakan berdasarkan pertimbangan, Rasioanal, Efektif,
Efisiensi, Sustainable, dan Acceptable yang sering disingkat RESSA yaitu :
a. Rational : Lokasi kegiatan pengendalian
vektor yang diusulkan memang terjadi penularan (ada vektor) dan tingkat
penularannya memenuhi criteria yang ditetapkan, antara lain : Wilayah
pembebasan : desa dan ditemukan penderita indegenius dan wilayah pemberantasan
PR > 3% .
b. Effective : Dipilih salah satu metode / jenis
kegiatan pengendalian vektor atau kombinasi dua metode yang saling menunjang
dan metode tersebut dianggap paling berhasil mencegah atau menurunkan
penularan, hal ini perlu didukung oleh data epidemiologi dan Laporan
masyarakat.
c. Sustainable : Kegiatan pengendalian vektor yang
di pilih harus dilaksanakan secara berkesinambungan sampai mencapai tingkat
penularan tertentu dan hasil yang sudah di capai harus dapat dipertahankan
dengan kegiatan lain yang biayanya lebih murah, antara lain dengan penemuan dan
pengobatan penderita.
d. Acceptable : Kegiatan yang dilaksanakan dapat
diterima dan didukung oleh masyarakat setempat.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam
pengendalian vektor adalah sebagai berikut:
a. Penyemprotan rumah, penyemprotan
dilakukan pada semua bangunan yang ada, pada malam hari digunakan sebagai
tempat menginap atau kegiatan lain, masjid, gardu ronda, dan lain-lain.
b. Larviciding adalah kegiatan anti larva yang
dilakukan dengan cara kimiawi, kegiatan ini di lakukan dilingkungan yang
memiliki banyak tempat perindukan yang potensial (Breeding Pleaces).
Yang dimaksud dengan tempat perindukan adalah genangan air disekitar pantai
yang permanen, genangan air dimuara sungai yang tertutup pasir dan saluran
dengan aliran air yang lambat.
c. Biological control, kegiatan anti larva dengan cara
hayati (pengendalian dengan ikan pemakan jentik), dilakukan pada desa-desa di
mana terdapat di mana terdapat banyak tempat perindukan vektor potensial dengan
ketersedian air sepanjang tahun, seperti mata air, anak sungai, saluran air
persawahan, rawa-rawa daerah pantai dan air payau, dll.
d. Kelambunisasi adalah pengendalian
nyamuk Anopheles spp secara kimiawi yang digunakan di Indonesia.
Kelambunisasi adalah pengunaan kelambu yang terlebih dahulu dicelup dengan
insektisida permanent 100EC yang berisi bahan aktif permethrin.
e. Pengolahan lingkungan (Source
reduction) adalah kegiatan-kegiatan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan
dan pengamatan kegiatan modifikasi dan manipulasi faktor lingkungan dan
interaksinya dengan manusia untuk mencegah dan membatasi perkembangan vektor
dan mengurangi kontak antara manusia dan Vektor .
f. Pemandulan nyamuk dengan radiasi gamma
Co-60
Pengendalian
nyamuk Anopheles sp sebagai vektor penyakit malaria dapat dilakukan
dengan Teknik Serangga Mandul (TSM). Setelah nyamuk jantan diiradiasi nyamuk
dikawinkan dengan betina normal dengan jumlah yang sama dan diamati
jumlah telur yang dihasilkan, prosentase penetasan telur untuk setiap
dosis radiasi, dan kelangsungan hidup nyamuk. Dari hasil pengamatan
diperoleh data bahwa dosis radiasi 90 Gy dapat memandulkan 65%, 100 Gy
memandulkan 77%, 110 Gy memandulkan 97%, dan 120 Gy memandulkan 99%
dibandingkan dengan kontrol. Keturunan yang dihasilkan dari perkawinan antara
nyamuk jantan yang diirradiasi 110 dan 120 Gy dengan nyamuk betina normal tidak
dapat diikuti perkembangan hidupnya karena mengalami kematian.
Radiasi
gamma dan neutron dapat dimanfaatkan untuk pengendalian vektor penyakit melalui
teknik TSM. Faktor yang berpengaruh terhadap proses kemandulan pada nyamuk
ialah terjadinya infekunditas (tidak dapat menghasilkan telur), inaktivasi
sperma, mutasi letal dominan, aspermia, dan ketidakmampuan kawin dari serangga
betina atau jantan. Radiasi dapat mengurangi produksi telur yang disebabkan
karena tidak terjadinya proses oogenesis sehingga tidak terbentuk oogenia atau
telur. Aspermia dapat menyebabkan kemandulan karena radiasi merusak
spermatogenesis sehingga tidak terbentuk sperma. Inaktivasi sperma juga dapat
menyebabkan kemandulan karena sperm tidak mampu bergerak untuk membuahi sel
telur. Faktor penyebab kemandulan yang lain ialah ketidakmampuan kawin, hal ini
karena radiasi merusak sel-sel somatik saluran genetalia interna sehingga tidak
terjadi pembuahan sel telur . Irradiasi gamma menyebabkan penurunan yang sangat
drastis terhadap presentase penetasan telur, dosis 90 Gy mampu menurunkan
persentase penetasan telur hingga lebih dari 50%, bahkan untuk dosis 110 Gy
mampu menurunkan persentase penetasan telur hingga 96 % .
Faktor
yang dianggap menyebabkan kemandulan pada serangga yang diiradiasi adalah
mutasi lethal dominan. Dalam hal ini inti sel telur atau inti sperma mengalami
kerusakan sebagai akibat radiasi sehingga terjadi mutasi gen. Mutasi lethal
dominan tidak menghambat proses pembentukan gamet jantan maupun betina, dan zigot
yang terjadi juga tidak dihambat, namun embrio akan mengalami kematian. Prinsip
dasar mekanisme kemandulan ini untuk selanjutnya dikembangkan sebagai dasar
teknik pengendalian vektor penyakit, seperti malaria, DBD dan filariasis yang
disebut Teknik Serangga Mandul. TSM menjadi salah satu alternatif pilihan cara
yang dapat dipilih dan dipertimbangkan, karena lebih aman, apesies spesifik,
tidak menimbulkan resistensi dan pencemaran lingkungan.
Sebagai
panduan untuk melakukan intervensi, WHO telah merekomendasikan kebijakan,
target dan sasaran untuk kontrol malaria meliputi melakukan diagnosa dan
pengobatan yang tepat, mencegah gigitan nyamuk dengan melakukan kontrol vektor
malaria dan pencapaian target dan sasaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lingkungan merupakan salah satu faktor penting dalam
transmisi malaria mulai dari lingkungan fisik, biologik dan sosial budaya.
Perkembangan nyamuk dipengaruhi faktor geografi dan meterologi mulai dari suhu,
kelembaban nisbi udara, curah hujan, ketinggian, angin, sinar matahari dan arus
air. Keberadaan hewan seperti ikan dapat menurunkan populasi nyamuk, selain itu
perilaku manusia terhaadap lingkungan justru yang memudahkan proses transmisi
malaria.
Nyamuk anopheles acunitus adalah – nyamuk memang salah
satu jenis serangga yang sangat menyebalkan, saat kita di gigit sakit di
buatnya, bahkan gatal gatal dan memberikan bekas yang tidak menyenangkan. Dan
yang lebih buruk adalah, kita bisa tertular penyakit yang nyamuk tersebut bawa.
B.
Saran
Nyamuk ini berbahaya walaupun kecil.
Oleh sebab itu berhati hatilah saat berpergian di daerah yang banyak terdapat
nyamuknya. Misalnya bagi anda yang memilki pekerjaan sebagai petani, baik itu
petani karet, petani sawit dan berbagai jenis perkebunan dan ladang yang anda
garap, harap lebih menjaga tubuh dari gigitan nyamuk anopheles ini.
C.
DAFTAR PUSTAKA
Ito J, Ghosh A, Moreira LA, Wimmer EA & Jacobs-Lorena M.
2008. Transgenic anopheline mosquitoes impaired in transmission of a malaria
parasite. Nature 2002;417:387-8. PMID 12024215. http://id.wikipedia.org/wiki/Malaria [21 Juli 2008].
Service MW. 1986. Blood-Sucking Insects: Vectors of
Diseases. London: Edward Arnold.
Winarno. 1989. Evaluasi Secara Laboratorium Potensi Ikan
Kepala Timah (Aplocheilus panchax Hamilton Buchanan) Sebagai Agen
Pengendalian Biotik Larva Anopheles aconitus Donitz. [Tesis]. Fakultas
Pascasarjana IPB.
Yoshida S, Shimada Y & Kondoh D. 2007. Hemolytic C-type lectin CEL-III from sea cucumber
expressed in transgenic mosquitoes impairs malaria parasite development. PLoS Pathog. 3 (12): e192. doi:10.1371/journal.ppat.0030192. PMID 18159942. http://en.wikipedia.org/wiki/Anopheles, [21 Juli 2008] .
\
Tidak ada komentar:
Posting Komentar