Selasa, 21 Juni 2016

parasitologi nyamuk anopheles aconitus



MATA KULIAH        : PARASITOLOGI
DOSEN                      : SULASMI,SKM,M.Kes
 

INSECTA
“NYAMUK ANOPHELES ACUNITUS”
 







DISUSUN OLEH
KELOMPOK 13
NAMA :
1.    MIFTAHUL JANNAH ISMAIL                   (PO.71.3.221.14.1.021)
2.    MUSRIANTI                                                  (PO.71.3.221.14.1.024)
3.    SYAIFUL                                                       (PO.71.3.221.14.1.044)
TINGKAT/ SEMESTER     :           I.A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D.III


KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr.Wb
                        Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam menambah Ilmu tentang jenis nyamuk Anopheles Acunitus yang bersifat parasit.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
                                                                  
Makassar, 15 Mei 2015

Penulis




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR                                                                                                            2
DAFTAR ISI                                                                                                                          3
BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang                                                                                                         4
B.   Rumusan Masalah                                                                                                  4
C.   Tujuan                                                                                                                       4
BAB II PEMBAHASAN
A.   Sejarah Nyamuk Anopheles Aconitus                                                                5
B.   Penyebaran Nyamuk Anopheles Acunitus                                                        5
C.   Taksonomi Nyamuk Anopheles Aconitus                                                                       6
D.   Morfologi Nyamuk Anopheles Aconitus                                                              6
E.   Habitat Nyamuk Anopheles Acunitus                                                                 8
F.    Siklus Hidup Nyamuk Anopheles Acunitus                                                       8
G.   Penyakit Yang Disebabkan Oleh Nyamuk Anopheles Acunitus                   12
H.   Pencegahan Nyamuk Anopheles Acunitus                                                       13
BAB III PENUTUP
A.   Kesimpulan                                                                                                              17
B.   Saran                                                                                                                         17
DAFTAR PUSTAKA                                                                                                                        18





BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Nyamuk Anopheles sp adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Di dunia kurang lebih terdapat 460 spesies yang sudah dikenali, 100 diantaranya mepunyai kemampuan menularkan malaria dan 30-40 merupakan host dari parasite Plasmodium yang merupakan penyebab malaria di daerah endemis penyakit malaria. Di Indonesia sendiri, terdapat 25 spesies nyamuk Anopheles yang mampu menularkan penyakit Malaria.salah satu nyamuk anopheles yang di kaji dlam makalah ni adalah Nyamuk Anopheles Acunitus.
B.   Rumusan Masalah
1.    Bagaimana sejarah nyamuk Anopheles Aconitus ?
2.    Bagaimana penyebaran nyamuk Anopheles Aconitus ?
3.    Bagaimana taksonomi nyamuk Anopheles Aconitus ?
4.    Bagaimana morfologi nyamuk Anopheles Aconitus ?
5.    Bagaimana habitat nyamuk Anopheles Aconitus ?
6.    Bagaimana siklus hidup nyamuk Anopheles Aconitus ?
7.    Apa  penyakit yang disebarkan oleh nyamuk Anopheles Aconitus ?
8.    Bagimana pencegahan nyamuk Anopheles Aconitus ?
C.   Tujuan
1.      Untuk mengetahui sejarah nyamuk Anopheles Aconitus.
2.      Untuk mengetahui penyebaran nyamuk Anopheles Aconitus.
3.      Untuk mengeteahui taksonomi nyamuk Anopheles Aconitus.
4.      Untuk mengetahui morfologi nyamuk Anopheles Aconitus.
5.      Untuk mengetahui habitat nyamuk Anopheles Aconitus.
6.      Untuk mengetahui siklus hidup nyamuk Anopheles Aconitus.
7.      Untuk mengetahui penyakit yang disebarkan oleh nyamuk Anopheles Aconitus.
8.      Untuk mengetahui pencegahan nyamuk Anopheles Aconitus.

BAB II
PEMBAHASAN
A.   Sejarah Nyamuk Anopheles Acunitus
Menurut Hiswani (2004), vektor An. Aconitus pertama sekali ditemukan oleh Donitz pada tahun 1902. Vektor jenis An. aconitus betina paling sering menghisap darah ternak dibandingkan darah manusia. Perkembangan vektor jenis ini sangat erat hubungannya dengan lingkungan dimana kandang ternak yang ditempatkan satu atap dengan rumah penduduk.
Di Indonesia nyamuk ini terdapat hampir diseluruh kepulauan, kecuali Maluku dan Irian. Biasanya dijumpai di daratan rendah tetapi lebih banyak di daerah kaki gunung dengan ketinggian 400-1000 m dengan persawahan bertingkat. Nyamuk ini merupakan vektor pada daerah tertentu di Indonesia, terutama di Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali. Biasanya aktif mengigit pada waktu malam hari, hampir 80% dari vektor ini bisa dijumpai diluar rumah penduduk antara jam 18.00 -22.00. Nyamuk jenis Aconitus ini hanya mencari darah di dalam rumah penduduk. Setelah itu biasanya langsung keluar. Nyamuk ini biasanya suka hinggap di daerah-daerah yang lembab. Seperti dipinggir-pinggir parit, tebing sungai, dekat air yang selalu basah dan lembab (Hiswani, 2004).


B.   Penyebaran Nyamuk Anopheles Aconitus
Anopheles ditemukan pada hampir seluruh dunia, kecuali di Antartika (kutub selatan). Malaria ditularkan oleh spesies Anopheles yang berbeda, tergantung dari daerah dan kondisi lingkungan. Kejadian malaria pada masa lampau pernah terjadi di iklim dingin, sebagai contoh malaria terjadi di Canada pada tahun 1820 selama pembangunan kanal Rideau. Sejak saat itu, parasit Plasmodium dibasmi di hampir seluruh negara-negara di dunia.  Distribusi Anopheles aconitus di Indonesia meliputi daerah Lampung,  Jawa tengah, D.I Yogyakarta, Jawa timur, Bali, Nusa Tenggara timur dan Nusa Tenggara barat.

C.   Taksonomi Nyamuk Anopheles Aconitus

Posisi di dalam sistem klasifikasi (klasifikasi ilmiah) adalah:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class: Insecta
Order : Diptera
Superfamily : Culicoidea
Family : Culicidae
Subfamily : Anophelinae
Genus : Anopheles

Species : Anopheles Aconitus
D.   Morfologi Nyamuk Anopheles Aconitus
Gambar 1.2
Morfologi Nyamuk Anopheles
Nyamuk memiliki ciri-ciri umum, yaitu ukuran tubuh yang relatif kecil (4 mm - 13 mm) dan rapuh. Kepalanya mempunyai probosis halus dan memiliki panjang yang melebihi panjang kepala dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family Culicidae. Nyamuk dewasa berbeda dari ordo Diptera lainnya karena nyamuk memiliki probosis yang panjang dan sisik pada bagian tepi dan vena sayapnya. Tubuh nyamuk terdiri atas tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut. Nyamuk memiliki sepasang antena berbentuk filiform berbentuk panjang dan langsing serta terdiri atas 15 segmen. Antena dapat digunakan sebagai kunci untuk membedakan kelamin pada nyamuk dewasa. Antena nyamuk jantan lebih lebat daripada nyamuk betina .
Palpus dapat digunakan sebagai kunci identifikasi karena ukuran dan bentuk palpus masing-masing spesies berbeda. Sepasang palpus terletak diantara antena dan probosis. Palpus merupakan organ sensorik yang digunakan untuk mendeteksi karbondioksida dan mendeteksi tingkat kelembaban. Probosis merupakan bentuk mulut modifikasi untuk menusuk. Nyamuk betina mempunyai probosis yang lebih panjang dan tajam, tubuh membungkuk serta memiliki bagian tepi sayap yang bersisik. Dada terdiri atas protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Mesotoraks merupakan bagian dada yang terbesar dan pada bagian atas disebut scutum yang digunakan untuk menyesuaikan saat terbang. Sepasang sayap terletak pada mesotoraks. Nyamuk memiliki sayap yang panjang, transparan dan terdiri atas percabangan-percabangan (vena) dan dilengkapi dengan sisik. Kaki terdapat pada setiap segmen dan dilengkapi dengan sisik.
Pada nyamuk betina probosis dipakai sebagai alat untuk menghisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan untuk menghisap bahan-bahan cair seperti cairan tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan juga keringat. Di kiri kanan probosis terdapat palpus yang terdiri dari 5 ruas dan sepasang antenna yang terdiri dari 15 ruas. Antena pada nyamuk jantan berambut lebat (plumose) dan pada nyamuk betina jarang (pilose). Sebagian besar torax yang tampak (mesonotum), diliputi bulu halus. Bulu ini berwarna putih/kuning dan membentuk gambaran yang khas untuk masing-masing spesies. Posterior dari mesonotum terdapat skutelum yang pada anophelini bentuknya melengkung (rounded) dan pada culicini membentuk 3 lengkung (trilobus). Sayap nyamuk panjang dan langsing, mempunyai vena yang permukannya ditumbuhi sisik-sisik sayap (wing scales) yang letaknya mengikuti vena. Pada pinggir sayap terdapat sederetan rambut yang disebut fringe. Abdomen berbentuk silinder yang terdiri atas 10 ruas. 2 ruas yang terakhir berubah menjadi alat kelamin. Nyamuk mempunyai 3 pasang kaki (hexapoda) yang melekat pada toraks dan tiap kaki terdiri dari 1 ruas femur, 1 ruas tibia dan 5 ruas tarsus.

E.   Habitat Nyamuk Anopheles Aconitus
Tempat istirahat An. aconitus pada umumnya di tempat yang mempunyai kelembaban tinggi dan intensitas cahaya rendah, serta di lubang tanah bersemak. An. aconitus hinggap di tempat-tempat dekat tanah. Nyamuk ini biasanya hinggap di daerah-daerah yang lembab, seperti di pinggir-pinggir parit, tebing sungai, dekat air yang selalu basah dan lembab

Tempat perindukan vektor Aconitus terutama didaerah pesawahan dan saluran irigasi. Persawahan yang berteras merupakan tempat yang baik untuk perkembangan nyamuk ini. Selain disawah, jentik nyamuk ini ditemukan pula ditepi sungai yang airnya mengalir perlahan dan kolam air tawar. Distribusi dari An. Aconitus, terdapat hubungan antara densitas dengan umur padi disawah. Densitas mulai meninggi setelah tiga – empat minggu penanaman padi dan mencapai puncaknya setelah padi berumur lima sampai enam minggu (Hiswani, 2004).
F.    Siklus Hidup Nyamuk Anopheles Aconitus
Gambar 2.2
Siklus Hidup Nyamuk Anopheles Aconitus
Anopheles aconitus adalah genangan air dengan dasar tanah seperti dipinggiran sawah dan parit. Nyamuk betina dewasa mampu hidup sampai satu bulan atau bahkan lebih di laboratorium tetapi di alam umumnya 1-2 minggu.
1.      Telur Anopheles aconitus
Telur-telur Anopheles diletakan di permukaan air secara individual atau saling berlekatan di ujung-ujungnya. Masing-masing telur memiliki panjang sekitar 0,44 mm dengan sepasang sayap pengapung yang melekat sepanjang kira-kira 0,8 mm di sisi panjangnya (Reid 1968 dalam Winarno 1989). Jumlah telur yang dikeluarkan oleh setiap ekor nyamuk betina rata-rata 38 butir dengan jumlah maksimum 117 butir (Horsfall 1955 dalam Winarno 1989).  Adapun hasil pengamatan Barodji et al. (1985) setiap ekor nyamuk betina dapat menghasilkan telur yang bervariasi yaitu 2-168 butir telur dengan rata-rata 91 butir.
Telur menetas 2-3 hari, pada kondisi dingin telur baru menetas setelah 2-3 minggu . Menurut Barodji et al. (1985) dalam keadaan normal telur-telur Anopheles aconitus menetas setelah 48 jam. Suhu optimum untuk perkembangan telur Anopheles aconitus adalah 25-360C, sedangkan pada suhu 20 dan 400C akan menurunkan aktivitas fisiologisnya .
2.      Larva Anopheles aconitus
Larva Anopheles aconitus mengalami perkembangan kepala dengan baik dilengkapi sikat pada mulutnya yang berfungsi saat makan. Larva mempunyai thorax yang lebar dan mempunyai abdomen yang bersegmen-segmen. Larva belum mempunyai kaki. Berbeda dengan larva lain, larva Anopheles aconitus tidak mempunyai siphon sehingga posisi larva paralel terhadap permukaan air.
Larva bernafas melalui sepasang spirakel yang berada pada segmen abdomen ke-8, sehingga seringkali larva harus naik ke permukaan air (Gambar 1b). Larva menghabiskan sebagian besar waktunya untuk memakan alga, bakteri dan mikroorganisme lain yang ada di lapisan permukaan air yang tipis. Larva akan segera menyelam bila mengalami gangguan, bergerak dengan menggerakkan seluruh anggota badannya termasuk menggerakkan  sikat yang ada pada mulutnya. Larva mengalami 4 tahap perkembangan atau instar selama 9-12 hari (Barodji et al. 1985). Setelah mencapai larva 4, larva akan berubah  menjadi pupa.
Larva umumnya ditemukan di air yang bersih, rawa, hutan mangrove, sawah, parit, tepi sungai dan  genangan air hujan. Spesies lain dapat ditemukan di tempat yang banyak tumbuh-tumbuhan.
3.      Pupa Anopheles Aconitus
Pupa dilihat dari samping berbentuk seperti koma. Kepala dan thorax menyatu  menjadi cephalothorax dengan abdomen melengkung. Seperti halnya larva, pupa seringkali naik ke permukaan air untuk bernafas.
Pupa bernafas menggunakan sepasang alat respirasi berbentuk terompet yang ada di dorsal cephalothorax (Gambar 1c). Seteleh beberapa hari, bagian dorsal dari cephalothorax akan sobek dan nyamuk dewasa akan muncul. Umur pupa pada suhu 23-320C dan  kelembaban  58-85%  rata- rata dua hari (Barodji et al. 1985).
4.      Anopheles Aconitus Dewasa
Lama perkembangan  dari telur menjadi dewasa bervariasi tergantung  pada suhu lingkungan, kelembaban dan  makanan. Nyamuk dapat berkembang dari telur menjadi dewasa paling cepat 5 hari, tetapi umumnya membutuhkan waktu 10-14 hari pada iklim tropis. Anopheles aconitus dewasa mempunyai bentuk tubuh yang ramping terdiri dari tiga bagian tubuh; kepala, thorax dan abdomen. Kepala mempunyai kemampuan khusus untuk menangkap informasi melalui sensor. Kepala mempunyai sepasang  mata dan antena yang bersegmen-segmen. Antena merupakan bagian yang penting untuk mendeteksi bau induk semang dan mendeteksi tempat yang cocok untuk bertelur. Kepala juga mempunyai probosis yang digunakan untuk menghisap darah dan  mempunyai dua sensor  palpi. Thorax berfungsi  sebagai alat lokomosi. Tiga pasang kaki dan sepasang sayap juga terletak di bagian thorax. Abdomen berfungsi sebagai tempat pencernaan dan tempat perkembangan telur. Segmen abdomen dapat melebar pada saat menghisap darah. Darah yang telah dihisap dan disimpan di dalam abdomen, dicerna sebagai sumber  protein yang berguna dalam  pematangan telur.
Nyamuk  Anopheles dapat dibedakan  dengan nyamuk yang lain dari palpi dan sayap. Palpi pada  Anopheles mempunyai panjang yang sama dengan probosis,  sedangkan  pada  sayap terdapat bentukan balok berwarna hitam putih. Anopheles dewasa juga mempunyai ciri khas pada  saat posisi istirahat, baik jantan maupun  betina akan nungging pada saat istirahat. Setelah beberapa hari muncul dari pupa menjadi dewasa, Anopheles dewasa akan melakukan perkawinan. Proses perkawinan  biasanya terjadi di sore hari dengan cara jantan yang mendatangi sekawanan betina. Antara nyamuk jantan dan betina dapat dibedakan dari antenanya. Antena jantan bersifat plumose sedangkan  yang betina bersifat pilose (Gambar 1d).
 
Gambar 3.2
Siklus Hidup Nyamuk Anopheles Aconitus

Gambar 4.2
Siklus Hidup Nyamk Anopheles Aconitus
Jantan hidup sekitar satu minggu dengan menghisap nektar atau gula dari sumber yang lain. Betina juga membutuhkan nektar untuk energi selain darah. Setelah kenyang  darah, betina akan beristirahat selama beberapa hari sementara. darah akan dicerna dan telur mengalami perkembangan. Proses ini tergantung pada suhu, umumnya membutuhkan 2-3 hari pada iklim tropis. Betina di alam dapat hidup 2-3 minggu, tetapi di laboratorium betina dapat hidup selama satu bulan atau  lebih. Lama hidup Anopheles sangat tergantung pada suhu, kelembaban  dan  kemampuan  dalam mencari darah.
G.   Penyakit yang Disebarkan oleh Nyamuk Anopheles Aconitus

Gambar 5.2
Proses Infeksi Malaria Oleh Gigitan Nyamuk Anopheles Aconitus

Gejala yang disebabkan gigitan nyamuk Anopheles ini dibagi menjadi dua bagian yaitu gejala malaria ringan tanpa komplikasi dan gejala malaria berat dengan komplikasi, namun gejala malaria yang utama yaitu seperti demam tinggi disertai menggigil, kepala pusing, mual, muntah, nyeri otot, diare, dan pegal-pegal. Gejala yang timbul berbeda beda tergantung daya tahan tubuh penderita, apabila suhu badan atau gejala yang ditimbulkan mulai terasa maka sangat dianjurkan bagi anda untuk segera memeriksakan diri kedokter.
Penyakit malaria ini harus segera ditindak lanjuti karna sebagian orang yang pernah mengalami sakit tersebut sangat kecil kemungkinan bisa bertahan hidup apabila sudah mencapai stadium gejala malaria berat, karna virus yang disebabkan nyamuk Anopheles sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh, maka sangat dianjurkan bagi anda untuk sering-seringlah untuk melakukan penyemprotan masal disekitar lingkungan rumah agar terhindar dari sarang nyamuk Anopheles ini, bagi anda yang ingin mengetahui terjangkit atau tidaknya virus tersebut kini banyak tersedia alat tes malaria ditoko-toko alat kesehatan yang sangat membantu anda untuk mengetahui hasil positif atau negatifnya kondisi tubuh anda.


H.    Pengendalian Nyamuk Anopheles Aconitus
Penanggulangan malaria seharusnya ditujukan untuk memutuskan rantai penularan antara Host, Agent dan Environment, pemutusan rantai penularan ini harus ditujukan kepada sasaran yang tepat, yaitu :
1)      Pemberantasan Vektor
Penanggulangan vektor dilakukan dengan cara membunuh nyamuk dewasa (penyemprotan rumah dengan Insektisida). Dengan di bunuhnya nyamuk maka parasit yang ada dalam tubuh, pertumbuhannya di dalam tubuh tidak selesai, sehingga penyebaran/transmisi penyakit dapat terputus.
Demikian juga kegiatan anti jentik dan mengurangi atau menghilangkan tempat-tempat perindukan, sehingga perkembangan jumlah (Density) nyamuk dapat dikurangi dan akan berpengaruh terhadap terjadinya transmisi penyakit malaria.
Menurut Marwoto (1989) penangulangan vektor dapat dilakukan dengan memanfaatkan ikan pemakan jentik. Penelitian Biologik yang telah dilakukan menunjukkan bahwa prospek terbaik adalah ikan, karena mudah dikembangbiakkan, ikan suka memakan jentik, dan sebagai sumber protein bagi masyarakat.Penggunaan ikan nila merah (Oreochromis Nilotis) sebagai pengendali vektor telah dilakukan.
Menurut Nurisa (1994), ikan nila memiliki daya adaptasi tinggi diberbagai jenis air. Nila dapat hidup di air tawar, air payau, dan di laut.
2)      Pengendalian Vektor
Kontrol vektor malaria ini dimaksudkan untuk melindungi individu terhadap gigitan nyamuk yang infektif, menurunkan populasi nyamuk, mencegah vektor menjadi infektif dan pada tingkat masyarakat berguna untuk mengurangi intensitas transmisi malaria secara local.
Pengendalian vektor malaria dilaksanakan berdasarkan pertimbangan, Rasioanal, Efektif, Efisiensi, Sustainable, dan Acceptable yang sering disingkat RESSA yaitu :
a.    Rational : Lokasi kegiatan pengendalian vektor yang diusulkan memang terjadi penularan (ada vektor) dan tingkat penularannya memenuhi criteria yang ditetapkan, antara lain : Wilayah pembebasan : desa dan ditemukan penderita indegenius dan wilayah pemberantasan PR > 3% .
b.    Effective : Dipilih salah satu metode / jenis kegiatan pengendalian vektor atau kombinasi dua metode yang saling menunjang dan metode tersebut dianggap paling berhasil mencegah atau menurunkan penularan, hal ini perlu didukung oleh data epidemiologi dan Laporan masyarakat.
c.    Sustainable : Kegiatan pengendalian vektor yang di pilih harus dilaksanakan secara berkesinambungan sampai mencapai tingkat penularan tertentu dan hasil yang sudah di capai harus dapat dipertahankan dengan kegiatan lain yang biayanya lebih murah, antara lain dengan penemuan dan pengobatan penderita.
d.    Acceptable : Kegiatan yang dilaksanakan dapat diterima dan didukung oleh masyarakat setempat.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian vektor adalah sebagai berikut:
a.    Penyemprotan rumah, penyemprotan dilakukan pada semua bangunan yang ada, pada malam hari digunakan sebagai tempat menginap atau kegiatan lain, masjid, gardu ronda, dan lain-lain.
b.    Larviciding adalah kegiatan anti larva yang dilakukan dengan cara kimiawi, kegiatan ini di lakukan dilingkungan yang memiliki banyak tempat perindukan yang potensial (Breeding Pleaces). Yang dimaksud dengan tempat perindukan adalah genangan air disekitar pantai yang permanen, genangan air dimuara sungai yang tertutup pasir dan saluran dengan aliran air yang lambat.
c.    Biological control, kegiatan anti larva dengan cara hayati (pengendalian dengan ikan pemakan jentik), dilakukan pada desa-desa di mana terdapat di mana terdapat banyak tempat perindukan vektor potensial dengan ketersedian air sepanjang tahun, seperti mata air, anak sungai, saluran air persawahan, rawa-rawa daerah pantai dan air payau, dll.
d.    Kelambunisasi adalah pengendalian nyamuk Anopheles spp secara kimiawi yang digunakan di Indonesia. Kelambunisasi adalah pengunaan kelambu yang terlebih dahulu dicelup dengan insektisida permanent 100EC yang berisi bahan aktif permethrin.
e.    Pengolahan lingkungan (Source reduction) adalah kegiatan-kegiatan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan kegiatan modifikasi dan manipulasi faktor lingkungan dan interaksinya dengan manusia untuk mencegah dan membatasi perkembangan vektor dan mengurangi kontak antara manusia dan Vektor .
f.     Pemandulan nyamuk dengan radiasi gamma Co-60
Pengendalian nyamuk Anopheles sp sebagai vektor penyakit malaria dapat dilakukan dengan Teknik Serangga Mandul (TSM). Setelah nyamuk jantan diiradiasi nyamuk dikawinkan dengan betina normal dengan jumlah yang sama dan diamati jumlah telur yang dihasilkan, prosentase penetasan telur untuk setiap dosis radiasi, dan kelangsungan hidup nyamuk. Dari hasil pengamatan diperoleh data bahwa dosis radiasi 90 Gy dapat memandulkan 65%, 100 Gy memandulkan 77%, 110 Gy memandulkan 97%, dan 120 Gy memandulkan 99% dibandingkan dengan kontrol. Keturunan yang dihasilkan dari perkawinan antara nyamuk jantan yang diirradiasi 110 dan 120 Gy dengan nyamuk betina normal tidak dapat diikuti perkembangan hidupnya karena mengalami kematian.
Radiasi gamma dan neutron dapat dimanfaatkan untuk pengendalian vektor penyakit melalui teknik TSM. Faktor yang berpengaruh terhadap proses kemandulan pada nyamuk ialah terjadinya infekunditas (tidak dapat menghasilkan telur), inaktivasi sperma, mutasi letal dominan, aspermia, dan ketidakmampuan kawin dari serangga betina atau jantan. Radiasi dapat mengurangi produksi telur yang disebabkan karena tidak terjadinya proses oogenesis sehingga tidak terbentuk oogenia atau telur. Aspermia dapat menyebabkan kemandulan karena radiasi merusak spermatogenesis sehingga tidak terbentuk sperma. Inaktivasi sperma juga dapat menyebabkan kemandulan karena sperm tidak mampu bergerak untuk membuahi sel telur. Faktor penyebab kemandulan yang lain ialah ketidakmampuan kawin, hal ini karena radiasi merusak sel-sel somatik saluran genetalia interna sehingga tidak terjadi pembuahan sel telur . Irradiasi gamma menyebabkan penurunan yang sangat drastis terhadap presentase penetasan telur, dosis 90 Gy mampu menurunkan persentase penetasan telur hingga lebih dari 50%, bahkan untuk dosis 110 Gy mampu menurunkan persentase penetasan telur hingga 96 % .
Faktor yang dianggap menyebabkan kemandulan pada serangga yang diiradiasi adalah mutasi lethal dominan. Dalam hal ini inti sel telur atau inti sperma mengalami kerusakan sebagai akibat radiasi sehingga terjadi mutasi gen. Mutasi lethal dominan tidak menghambat proses pembentukan gamet jantan maupun betina, dan zigot yang terjadi juga tidak dihambat, namun embrio akan mengalami kematian. Prinsip dasar mekanisme kemandulan ini untuk selanjutnya dikembangkan sebagai dasar teknik pengendalian vektor penyakit, seperti malaria, DBD dan filariasis yang disebut Teknik Serangga Mandul. TSM menjadi salah satu alternatif pilihan cara yang dapat dipilih dan dipertimbangkan, karena lebih aman, apesies spesifik, tidak menimbulkan resistensi dan pencemaran lingkungan.
Sebagai panduan untuk melakukan intervensi, WHO telah merekomendasikan kebijakan, target dan sasaran untuk kontrol malaria meliputi melakukan diagnosa dan pengobatan yang tepat, mencegah gigitan nyamuk dengan melakukan kontrol vektor malaria dan pencapaian target dan sasaran.





BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Lingkungan merupakan salah satu faktor penting dalam transmisi malaria mulai dari lingkungan fisik, biologik dan sosial budaya. Perkembangan nyamuk dipengaruhi faktor geografi dan meterologi mulai dari suhu, kelembaban nisbi udara, curah hujan, ketinggian, angin, sinar matahari dan arus air. Keberadaan hewan seperti ikan dapat menurunkan populasi nyamuk, selain itu perilaku manusia terhaadap lingkungan justru yang memudahkan proses transmisi malaria.
Nyamuk anopheles acunitus adalah – nyamuk memang salah satu jenis serangga yang sangat menyebalkan, saat kita di gigit sakit di buatnya, bahkan gatal gatal dan memberikan bekas yang tidak menyenangkan. Dan yang lebih buruk adalah, kita bisa tertular penyakit yang nyamuk tersebut bawa.
B.   Saran
Nyamuk ini berbahaya walaupun kecil. Oleh sebab itu berhati hatilah saat berpergian di daerah yang banyak terdapat nyamuknya. Misalnya bagi anda yang memilki pekerjaan sebagai petani, baik itu petani karet, petani sawit dan berbagai jenis perkebunan dan ladang yang anda garap, harap lebih menjaga tubuh dari gigitan nyamuk anopheles ini.

C.    

DAFTAR PUSTAKA
Ito J, Ghosh A, Moreira LA, Wimmer EA & Jacobs-Lorena M. 2008. Transgenic anopheline mosquitoes impaired in transmission of a malaria parasite. Nature 2002;417:387-8. PMID 12024215. http://id.wikipedia.org/wiki/Malaria [21 Juli 2008].
Meigen. 1818. Anopheles. http://en.wikipedia.org/wiki/Anopheles, [21 Juli 2008].
Service MW. 1986. Blood-Sucking Insects: Vectors of Diseases. London: Edward Arnold.
Winarno. 1989. Evaluasi Secara Laboratorium Potensi Ikan Kepala Timah (Aplocheilus panchax Hamilton Buchanan) Sebagai Agen Pengendalian Biotik Larva Anopheles aconitus Donitz. [Tesis]. Fakultas Pascasarjana IPB.
\

Tidak ada komentar:

Posting Komentar