Selasa, 21 Juni 2016

parasitologi ascaris lumbricoides

BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
            Infeksi cacing usus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia. Dikatakan pula bahwa masyarakat pedesaan atau daerah perkotaan yang sangat padat dan kumuh merupakan sasaran yang mudah terkena infeksi cacing.
            Di era globalisasi seperti saat ini suatu negara dituntut untuk dapat bersaing dengan negara-negara lain. Khususnya bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, ini adalah kesempatan untuk mengejar ketinggalan agar tidak tersisihkan dari persaingan global. Karena hal tersebut pemerintah wajib untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, faktor yang sangat menentukan kemajuan suatu negara adalah faktor kesehatan masyarakatnya.
            Namun masih banyak hambatan untuk menyehatkan masyarakat salah satunya adalah masih tingginya kasus penyakit infeksi seperti penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing terutama yang ditularkan melalui tanah. Hal ini disebabkan oleh iklim tropis dan kelembaban udara yang tinggi serta kondisi sanitasi yang buruk dan beberapa kebiasaan yang berhubungan dengan kebudayan masyarakat.
            Di Indonesia, infeksi cacingan merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai. Angka kejadian infeksi cacingan yang tinggi tidak terlepas dari keadaan Indonesia yang beriklim tropis dengan kelembaban udara yang tinggi serta tanah yang subur yang merupakan lingkungan yang optimal bagi kehidupan cacing. Infeksi cacingan tersebar luas, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Hasil survei Cacingan di Sekolah Dasar di beberapa propinsi pada tahun 1986-1991 menunjukkan prevalensi sekitar 60% - 80%, sedangkan untuk semua umur berkisar antara 40% - 60%. Hasil Survei Subdit Diare pada tahun 2002 dan 2003 pada 40 SD di 10 provinsi menunjukkan prevalensi berkisar antara 2,2% - 96,3% .
            Pada banyak penelitian, intensitas dan prevalensi infeksi cacingan meningkat pada anak-anak dan remaja. Kurva intensitas menurun sejalan dengan bertambahnya usia. Puncak intensitas terjadi antara umur 5-10 tahun untuk Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura, sedangkan cacing tambang pada umur 10 tahun.
B.           Runusan Masalah
1.  Bagaimana sejarah dari Ascaris Lumbricoides ?
2.  Bagaimana penyebaran dari Ascaris Lumbricoides ?
3.  Bagaimana taxonomi dari Ascaris Lumbricoides ?
4.  Bagaimana marfologi dari Ascaris Lumbricoides ?
5.  Bagaimana habitat dari Ascaris Lumbricoides ?
6.  Bagaimana siklus hidup dari Ascaris Lumbricoides ?
7.  Bagaimana penyebab penyakit Ascariasis ?
8.  Bagaimana pencegahan dari penyakit akibat Ascaris Lumbricoides?
C.           Tujuan
1.  Untuk mengetahui sejarah dari Ascrasis Lumbricoides.
2.  Untuk mengetahui penyebaran dari Ascrasis Lumbricoides.
3.  Untuk mengetahui taksonomi dari Ascrasis Lumbricoides.
4.  Untuk mengetahui marfologi dari Ascrasis Lumbricoides.
5.  Untuk mengetahui habitat dari Ascrasis Lumbricoides.
6.  Untuk mengetahui siklus hidup dari Ascrasis Lumbricoides.
7.  Untuk mengetahui penyebab penyakit dari Ascrasis Lumbricoides.
8.  Untuk mengetahui pencegahan dari Ascrasis Lumbricoides.
D.           Manfaat
1.  Mahasiswa dapat mengetahui sejarah dari Ascrasis Lumbricoides.
2.  Mahasiswa dapat mengetahui penyebaran dari Ascrasis Lumbricoides.
3.  Mahasiswa dapat mengetahui taksonomi dari Ascrasis Lumbricoides.
4.  Mahasiswa dapat mengetahui marfologi dari Ascrasis Lumbricoides.
5.  Mahasiswa dapat mengetahui habitat dari Ascrasis Lumbricoides.
6.  Mahasiswa dapat mengetahui siklus hidup dari Ascrasis Lumbricoides.
7.  Mahasiswa dapat mengetahui penyebab penyakit dari Ascariasis.
8.  Mahasiswa dapat mengetahui pencegahan dari Ascrasis Lumbricoides.
























BAB II
PEMBAHASAN
A.           Sejarah Ascaris Lumbricoides
asss.jpg
Gambar 1.2 : Ascaris Lumbricoides
            Pada akhir 1600an, peneliti bernama Edward Tyson, berkebangasaan Inggris, menulis deskripsi detail dari cacing tersebut, walaupun fakta penyakit ascariasis telah diuraikan dan pengobatannya telah terdokumentasi beberapa abad sebelum kontribusi Tyson. Buku karangan Veslius merupakan buku yang dipelajari oleh Tyson. Buku tersebut menguraikan tentang Lumbricus teres (teres berarti bumi) yang boleh jadi merupakan sebab dari infeksi A. lumbricoides. Studi anatomis membutuhkan ilustrasi gambar yang baik serta deskripsi verbal, karena itulah hasil kerja Tyson tersebar luas kedalam beberapa disiplin ilmu.
            Hasil kerja Tyson berisi tentang ilustrasi parasit usus yang dibedah untuk pertama kalinya. Ada pula ilustrasi yang menjelaskan tentang perbedaan parasit jantan dan betina serta ilustrasi telurnya. Namun Tyson memandang rendah kemampuan parasit betina dalam memproduksi telur. Dia menjelaskan bahwa hanya sekitar 1000 telur yang dihasilkan oleh tiap parasit, namun investigasi terbaru menunjukkan hasil bahwa satu cacing betina dapat menghasilkan sampai 200.000 telur per hari selama 1-2 tahun masa hidupnya. Karenanya akan mudah melihat sebuah endemik terjadi di suatu daerah hanya karena infeksi dari beberapa organisme saja. Tyson juga menjelaskan bahwa cacing bereproduksi secara seksual di dalam usus besar, namun dia tidak menunjukkan hubungan bagaimana cacing tersebut bisa sampai di usus.  

B.           Penyebaran Ascaris Lumbricoides
            Ascaris tersebar diseluruh dunia, dengan frekuensi terbesar berada di negara tropis yang lembab dimana angka prevalensi kadang kala mencapai diatas 50%. Angka prevalensi dan intensitas infeksi biasanya paling tinggi pada anak-anak antara usia 3 dan 8 tahun. Di Amerika Serikat, Ascaris umumnya ditemukan dikalangan imigran yang berasal dari negara berkembang.
            Cacing Ascaris lumbricoides mempunyai distribusi geografis kosmopolit ( dapat berkembang di seluruh dunia ), tetapi lebih banyak terdapat didaerah tropis dengan kondisi sanitasi yang buruk. Tanah liat dengan kelembapan tinggi dan suhu yang berkisar antara 25◦C-30◦C sangat baik untuk berkembangnya telur Ascaris lumbricoides sampai menjadi bentuk infektif.
            Dapat menyerang semua usia tetapi lebih banyak menyerang anak-anak karena kelompok usia anak-anak lebih sering tidak memperhatikan higiene yang baik. Hal ini diperburuk dengan perilaku anak yang tidak baik seperti tidak mencuci tangan setelah buang air besar, Setiap kali mandi tidak menggunakan sabun, tidak mencuci kaki dan tangan dengan sabun setelah bermain di tanah, tidak menggunakan alas kaki ketika bermain dan keluar dari rumah, kebersihan kuku tidak dijaga dengan baik.
C.           Taksonomi Ascaris Lumbricoides
                        Kingdom        : Animalia
                        Filum              : Nemathelminthes
                        Kelas              : Nematoda
                        Subkelas       : Phasmida
                        Ordo               : Rhabdidata
                        Subordo         : Ascaridata
                        Family                        : Ascarididae
                        Genus                        : Ascaris
                        Spesies          : Ascaris lumbricoides
D.           Morfologi Ascaris Lumbricoides
            Cacing Ascaris lumbricoides memiliki 2 stadium dalam perkembangannya, yaitu :
1.        Telur : telur fertil, infertil dan yang telah mengalami dekortikasi
ascaris-lumbricoides-10-728.jpg
Gambar 2.2 : Telur Ascaris Lumbricoides
2.        Bentuk dewasa
al.jpg
Gambar 3.2 : Cacing Ascaris Dewasa
            Stadium telur spesies ini berbentuk bulat oval dan ukurannya berkisar antara 45 – 75 mikron x 35 – 50 mikron. Telur Ascaris lumbricoides sangat khas dengan susunan dinding telurnya yang relatif tebal dengan bagian luar yang berbenjol-benjol. Dinding telur tersebut tersusun atas tiga lapisan, yaitu :
1.        Lapisan luar yang tebal dari bahan albuminoid yang bersifat impermiabel.
2.        Lapisan tengah dari bahan hialin bersifat impermiabel ( lapisan ini yang memberi bentuk telur )
3.        Lapisan paling dalam dari bahan vitelline bersifat sangat impermiabel sebagai pelapis sel telurnya.
            Telur cacing ini sering ditemukan  dalam 2 bentuk, yaitu telur fertile (dibuahi) dan telur yang infertile (tidak dibuahi). Telur fertil yang belum berkembang biasanya tidak memiliki rongga udara, tetapi yang telah mengalami perkembangan akan didapatkan rongga udara. Pada telur fertile yang telah mengalami pematangan kadangkala mengalami pengelupasan dinding telur yang paling luar sehingga penampakan telurny tidak lagi berbenjol-benjol kasar melainkan tampak halus. Telur yang telah mengalami pengelupasan pada lapisan albuminoidnya tersebut sering dikatakan telah mengalami proses dekortikasi. Pada telur ini lapisan hialin menjadi lapisan yang paling luar.Telur infertil; bentuknya lebih lonjong, ukuran lebih besar, berisi protoplasma yang mati sehingga tampak lebih transparan.
            Pada stadium dewasa, cacing spesies ini dapat dibedakan jenis kelaminnya. Biasanya jenis betina memiliki ukuran yang relatif lebih besar dibandingkan jantan. Pada bagian kepala (anterior) terdapat 3 buah bibir yang memiliki sensor papillae, satu pada mediodorsal dan 2 buah pada ventrolateral. Diantara 3 bibir tersebut terdapat bucal cavity yang berbentuk trianguler dan berfungsi sebagai mulut. Jenis kelamin jantan memiliki  ukuran panjang berkisar antara 10 – 30 cm sedangkan diameternya antara 2 – 4 mm. Pada bagian posterior ekornya melingkar ke arah ventral dan memiliki 2 buah spikula. Sedangkan jenis kelamin betina panjang badannya berkisar antara 20 – 35 cm dengan diameter tubuh antara 3 – 6 mm. Bagian ekornya relatif lurus dan runcing.
            Cacing betina dewasa mempunyai bentuk tubuh posterior yang membulat (conical), berwarna putih kemerah-merahan dan mempunyai ekor lurus tidak melengkung. Cacing betina mempunyai panjang 22 - 35 cm dan memiliki  lebar 3 - 6 mm. Sementara cacing jantan dewasa mempunyai ukuran lebih kecil, dengan panjangnya 12 - 13 cm dan lebarnya 2 - 4 mm, juga mempunyai warna yang sama dengan cacing betina, tetapi mempunyai ekor yang melengkung kearah ventral. Kepalanya mempunyai tiga bibir pada ujung anterior (bagian depan) dan mempunyai gigi-gigi kecil atau dentikel pada pinggirnya, bibirnya dapat ditutup atau dipanjangkan untuk memasukkan makanan (Soedarto, 1991). 
            Pada potongan melintang cacing mempunyai kutikulum tebal yang berdampingan dengan hipodermis dan menonjol kedalam rongga badan sebagai korda lateral. Sel otot somatik besar dan panjang dan terletak di hipodermis; gambaran histologinya merupakan sifat tipe polymyarin-coelomyarin.
            Alat reproduksi dan saluran pencernaan mengapung didalam rongga badan, cacing jantan mempunyai dua buah spekulum yang dapat keluar dari kloaka dan pada cacing betina, vulva terbuka pada perbatasan sepertiga badan anterior dan tengah, bagian ini lebih kecil dan dikenal sebagai cincin kopulasi. Telur yang di buahi (fertilized) berbentuk ovoid dengan ukuran 60-70 x 30-50 mikron. Bila baru dikeluarkan tidak infektif dan berisi satu sel tunggal.
            Sel ini dikelilingi suatu membran vitelin yang  2001 digitalized by USU digital libary tipis untuk meningkatkan daya tahan telur cacing tersebut terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga dapat bertahan hidup sampai satu tahun. Di sekitar membran ini ada kulit bening dan tebal yang dikelilingi lagi oleh lapisan albuminoid yang permukaanya tidak teratur atau berdungkul (mamillation). Lapisan albuminoid ini kadang-kadang dilepaskan atau hilang oleh zat kimia yang menghasilkan telur tanpa kulit (decorticated).
             Didalam rongga usus, telur memperoleh warna kecoklatan dari pigmen empedu. Telur yang tidak dibuahi (unfertilized) berada dalam tinja, bentuk telur lebih lonjong dan mempunyai ukuran 88-94 x 40-44 mikron, memiliki dinding yang tipis, berwarna coklat dengan lapisan albuminoid yang kurang sempurna dan isinya tidak teratur. 
E.           Habitat Ascaris Lumbricoides
            Ascaris Lumbricoides atau yang sering dikenal dengan cacing gelang mempunyai habitat di usus halus manusia sehingga disana cacing gelang menghisap banyak nutrisi dan karena ukurannya yang besar menghambat penyerapan nutrisi oleh usus yang lama kelamaan dapat menyebabkan anak menderita gizi buruk.
F.            Siklus Hidup Ascaris Lumbricoides
Picture 3.jpg
Gambar 4.2 : Siklus Hidup Ascaris
            Bentuk infektif bila tertelan oleh manusia dengan menetas diusus halus. Larvanya akan menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru, larva yang ada di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus  masuk rongga alveolus kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva ini menuju ke faring, sehingga akan menimbulkan rangsangan pada faring. Selanjutnya larva akan masuk ke saluran pencernaan dan di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa akan melakukan perkawinan sehingga cacing betina akan gravid dan bertelur. Telur cacing akan bercampur dengan faeces manusia. Pada saat buang air besar telur keluar bersama faeces dan berada di alam (tanah) untuk menjadi matang. Telur matang tertelan kembali oleh manusia melalui makanan yang terkontaminasi telur. Satu putaran siklus hidup Ascaris lumbricoides akan berlangsung kurang lebih selama dua bulan.
G.           Penyebab Penyakit Askariasis
g.jpg
Gambar 5.2 : Penyakit Ascariasis
            Telur ascaris yang infektif tertelan manusia dan mencapai duodenum, di sini telur menjadi larva
1.    Larva ini menembus dinding usus, melalui saluran limfe bermigrasi ke hepar dan paru
2.    Banyaknya larva di paru-paru menimbulkan gejala Loefller Syndrome/ Atypical Pneumonia
3.    Larva mencapai epiglottis dan kembali ke usus kecil. Di sini tumbuh menjadi cacing dewasa, cacing betina bertelur lagi
4.    Perjalanan cacing hingga menjadi dewasa ± 3 bulan
            Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang banyak berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar. Penularan penyakit cacing dapat lewat berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel pada butiran debu. Telur yang menumpang pada debu itu bisa menempel pada makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan berkembang biak, membentuk koloni dan menyerap habis sari-sari makanan. Cacing mencuri zat gizi, termasuk protein untuk membangun otak.
            Setiap satu cacing gelang memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 protein per hari. Cacing cambuk menghabiskan 0,005 milimeter darah per hari dan cacing tambang minum 0,2 milimeter darah per hari. Kalau jumlahnya ratusan, berapa besar kehilangan zat gizi dan darah yang digeogotinya. Seekor cacing gelang betina dewasa bisa menghasilkan 200.000 telur setiap hari. Bila di dalam perut ada tiga ekor saja, dalam sehari mereka sanggup memproduksi 600.000 telur.
            Infeksi ringan cacing gelang biasanya tidak menimbulkan gejala sedangkan pada infeksi yang parah akan menimbulkan gejala gangguan gastrointestinal, kurang gizi, perut buncit dan lesu/ kurang semangat. Penyakit yang disebabkan oleh cacing Ascaris Lumbricoides adalah ascariasis.
H.           Pencegahan Ascaris Lumbricoides
1.    Pencegahan Primer
            Melakukan promosi kesehatan yaitu pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik, hygiene keluarga dan hygiene pribadi seperti tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman, sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan sabun, sayuran segar (mentah) yang akan dimakan sebagai  lalapan, harus dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat karena telur cacing Ascaris dapat hidup dalam tanah selama bertahun-tahun. Juga peyuluhan tentang pentingnya buang air besar di jamban, tidak di kali atau di kebun untuk menghindari penyebaran dan penyakit ini.
            Proteksi spesifik dengan melakukan pengobatan massal 6 bulan sekali di daerah endemik atau di daerah yang rawan askariasis.
2.    Pencegahan Sekunder
            Deteksi dini terhadap orang yang mempunyai risiko terkena penyakit askariasis ini. Mengobati dengan tepat penderita askariasis
3.    Pencegahan Tersier
            Membatasi ketidakmampuan penderita askariasis dengan memberikan pengobatan pirantel pamoat 10 mg/kgBB dosis tunggal, Mebendazol 500 mg dosis tunggal (sekali saja) atau 100 mg 2 x sehari selama tiga hari berturut-turut, Albendazol 400 mg dosis tunggal (sekali saja), tetapi tidak boleh digunakan selama hamil atau melakukan operasi pembedahan apabila pengobatan secara oral sudah tidak memungkinkan lagi.
            Berdasarkan pada siklus  hidup dan sifat telur cacing ini, maka upaya pencegahan dapat dilakukan sebagai berikut:
1.    Memberi penyuluhan tentang sanitasi lingkungan.
2.    Melakukan usaha aktif dan preventif untuk dapat mematahkan siklus hidup cacing misalnya memakai jamban.
3.    Tidak mengunakan tinja sebagai pupuk tanaman. Sebelum melakukan persiapan makan dan hendak makan, tangan dicuci terlebih dahulu dengan mengunakan sabun.
4.    Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar ( mentah ) sebagai lalapan, hendaklah dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat.
5.    Mengadakan pengobatan massal setiap 6 bulan sekali di daerah endemic ataupun daerah yang rawan terhadap penyakit ascariasis.








BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
            Ascaris lumbricoides atau yang lebih dikenal dengan cacing gelang merupakan salah satu cacing yang merugikan bagi manusiadari kelas Nematoda dalam Filum Nemathelminthes. Hospes parasit ini adalah manusia. Telur cacing Ascaris lumbricoides yang berada pada makanan ataupun tangan yang tidak bersih, akan masuk ke dalam tubuhdan tumbuh berkembang hingga dewasa di dalam usus manusia. Cacing Ascaris lumbricoides memiliki 2 stadium dalam perkembangannya, yaitu :
1.    Telur : telur fertil, infertil dan yang telah mengalami dekortikasi
2.    Bentuk dewasa.
Stadium telur spesies ini berbentuk bulat oval dan ukurannya berkisar antara 45 – 75 mikron x 35 – 50 mikron. Telur Ascaris lumbricoides sangat khas dengan susunan dinding telurnya yang relatif tebal dengan bagian luar yang berbenjol-benjol. Dinding telur tersebut tersusun atas tiga lapisan, yaitu :
1.    Lapisan luar yang tebal dari bahan albuminoid yang bersifat impermiabel.
2.    Lapisan tengah dari bahan hialin bersifat impermiabel ( lapisan ini yang memberi bentuk telur )
3.    Lapisan paling dalam dari bahan vitelline bersifat sangat impermiabel sebagai pelapis sel telurnya.
            Di Indonesia prevalensi Ascariasis tinggi, frekuensinya antara 60% sampai 90% terutama terjadi pada anak-anak. Diagnosa pasti untuk Askarisasis yaitu dengan cara menemukan telur cacing dewasa pada feses. Pengobatan untuk seseorang yang mengidap penyakit cacingan Ascaris, dapat dilakukan pengobatan secara farmasi maupun tradisional.
B.           Saran
1.    Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan daging ikan).
2.    Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
3.    Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar.
4.    Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.
5.    Bila sudah terjadi infeksi Ascaris lumbricoides maka penderita harus segera di beri obat cacingan atau segera di bawa ke dokter untuk tindakan lebih lanjut.
6.    Dan yang terpenting, jagalah higiene masing-masing personal serta sanitas lingkungan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar