MATA
KULIAH : MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN
DOSEN : ZAENAB HUSAIN,SKM,M.Kes
“MAKALAH TENTANG PENICILIN DAN MIKROORGANISME YANG
BERPERAN DALAM PROSES PEMBUATANNYA”
DISUSUN OLEH
NAMA : SYAFAAT
NUR ZULHAJ
NIM : PO.71.3.221.14.1.0
TINGKAT : I.A
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D.III
Kata
Pengantar
Assalamu Alaikum Wr.Wb
Puji
dan syukur penulis haturkan atas berkat dan rahmat-Nya lah sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “ makalah pembuatan penicillin dan mikroorganisme yang
berperan pada proses pembuatannya”, makalah ini merupakan salah satu bentuk
tugas yang di berikan pada mata kuliah “ mikrobiologi lingkungan”.
Pada
kesempatan ini izinkan penulis untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada
Dosen Pembimbing, dan teman-teman serta google yang telah banyak membantu saya
dalam menyelesaikan makalah ini, dan telah benyak memberikan informasi yang
dapat membantu saya untuk menyelesaikan tugas ini, dan juga banyak memberikan
pelajaran yang berharga baik langsung maupun tidak langsung.
Penulis
sadar bahwa terdapat banyak kesalahan pada pembuatan makalah ini maka dari itu
saya berharap dari para pembaca terkhususnya dosen pembimbing mata kuliah ini
untuk memberikan kritik maupun saran yang bersifat membangun, sehingga akan
menjadi lebih baik kedepannya. Demikian makalah yang saya buat semoga dapat
bermanfaat bagi para pembacanya.
Wassalamu Alaikum, Wr. Wb
Makassar,
08 Desember 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
Penulisan
D. Manfaat
Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penisilin
dan Mikrobia Penghasil Penisilin
B. Penicillium
Chrysogenum
C. Pola
Pertumbuhan Penicillium chrysogenum
D. Produksi
Penisilin oleh Penicilliun Chrysogenum
E. Factor-Faktor
yang Mempengaruhi Produksi Penisilin
BAB III PEMBAHASAN
A. Fungsi
dan Efek Samping Penisilin
B. Proses
Pengolahan Penisilin
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan ini, perkembangan antibiotic untuk
mengontrol pertumbuhan mikroorganisme pathogen juga semakin berkembang. Menurut
Madigan dan Martinko (2006), antibotik merupakan zat kimia yang diproduksi oleh
mikroorganisme yang dpat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme
lain. Penisilin merupakan antibiotic pertama yang ditemukan oleh Alexander
Fleming pada penelitiannya. Dengan menggunakan kultur Staphylococcus Aureus
didapatkan adanya jamur Penicillium yang mempunyai kenampakan bahwa
disekitarnya terdapat zona jernih yang tidak dapat ditumbuhi bakteri. Inilah
yang menyebabkan penelitian mengenai penicillin terus berlanjut. Menurut
Madigan dkk. (2000), penisilin merupakan senyawa metabolit sekunder yang
disintesis oleh mikroorganisme pada fase stasioner. Pada fese ini, penisilin
diproduksi dan diproses lebih kompleks oleh jamur Penicillium.
Pada
dasarnya, jamur bersifat heterotrof, yang mebutuhkan senyawa organic untuk
digunakan di dalam kehidupannya. Pertumbuhan Penisilium untuk menghasilkan
penicillin memerlukan medium yang terdiri dari sumber karbon, Nitrogen,
Mineral, dan precursor. Jamur tidak mampu melakukan fiksasi CO2
seperti bakteri, sehingga sumber karbon harus tersedia dri luar tubuhnya,
seperti dari glukosa dan sukrosa Penentuan masa inkubasi sangat penting
diperhitungkan di dalam proses industri yang memanfaatkan mikroorganisme karena
akan mempengaruhi waktu panen dan kualitas produk yang dipanen, khususnya jika
dilihat dari perbedaan sifat pada metabolit primer dan metabolit sekunder.
Menurut Crueger dan Crueger(1990), produksi penisilin menggunakan Penicillium
chrysogenum umumnya berlangsung selama 140 jam (sekitar 5-6 hari). Namun,
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aritonang (2006), yang menggunakan
campuran air lindi dan sukrosa sebagai medium produksi, perlu dilakukan
perpanjangan masa inkubasi hingga 8-10 hari untuk mencapai fase stasioner agar
produksi penisilin menjadi optimal. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan
variasi lama waktu inkubasi sebesar 6, 8, 10, 12, dan 14 hari untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap aktivitas penisilin yang dihasilkan.
Pengujian
aktivitas penisilin yang dihasilkan dilakukan dengan metode difusi agar,
menggunakan sumuran. Menurut Davidson dan Parish (1989), kelebihan dari metode
difusi agar adalah responnya langsung dapat dilihat pada hasil inkubasi, yaitu
berupa timbulnya zona jernih karena efek yang ditimbulkan oleh penisilin.
Bakteri uji yang digunakan adalah Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli, yang merupakan bakteri patogen bagi manusia, dengan tujuan untuk
mengetahui aktivitas penisilin yang dihasilkan di dalam menghambat pertumbuhan
bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
proses pengolahan penisilin?
2. Mikroorganisme
apa saja yang berperan dalam proses pengolahan penisilin?
3. Apa
saja fungsi dan efek samping dari penisilin?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
:
1. Untuk
mengetahui bagaimana proses pengolahan penisilin,
2. Untuk
mengetahui mikroorganisme yang berperan dalam proses pembuatan penisilin, dan
bagaimana mikroorganisme tersebut bekerja
3. untuk
mengetahui funsi dan efek samping penisilin
D.
Manfaat Penulisan
Diharapkan
setelah membaca makalah ini, pembaca dapat memperoleh manfaat sbagai berikut :
1. Dapat
mengetahui bagaimana proses pengolah penisilin
2. Dapat
mengetahui dan menjelaskan mikroorganisme yang berperan pada proses pengolahan
penisili, dan bagaimana mikroorganisme tersebut berperan dalam pengolahannya
3. Dapat
mengetahui fungsi dan efek samping dari penisilin
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Penisilin
dan Mikrobia Penghasil Penisilin
Antibiotika
adalah bahan-bahan bersumber hayati yang pada kadar rendah dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Penisilin merupakan salah satu jenis antibiotik
yang dihasilkan oleh Penicillium Penisilin merupakan kelompok antibiotik
yang ditandai oleh adanya cicin β-laktam dan diproduksi oleh berbagai jenis
jamur (eukariot) yaitu dari jenis Penicillium, Aspergillus, serta oleh
beberapa prokariot tertentu. Sifat unik pada masing-masingpenisilin ditentukan
oleh adanya rantai samping yang berbeda-beda. Secara kimia penisilin
digolongkan ke dalam antibiotik β-laktam. Omura (1995) dalam Demain (1996)
menyatakan bahwa kira-kira 10.000 metabolitsekunder telah ditemukan struktur
kimianya yang tersusun oleh cincin β-laktam,
peptide siklik yang terdiri dari asam amino dan senyawa nonprotein, gula dan
nukleosida, ikatan tidak jenuh dari poliasetilen dan polien, serta cincin
makrolida besar. Struktur kimia penisilin dapat dilihat pada Penisilin
diproduksi oleh beberapa jenis jamur antara lain jamur Penicillium notatum,
Penicillium chrysogenum, dan lain-lain, serta beberapa jenis Streptomyces
Penicillium chrysogenum adalah salah satu mikroorganisme yang penting dalam
bidang industri terutama dalam menghasilkan penisilin yang merupakan salah satu
antibiotic komersil yang utama Penisilin aktif melawan pertumbuhan banyak
spesies bakteri, terutama bakteri yang bersifat Gram positif dan bakteri Gram
negatif (Volk dan Wheeler, 1993). Menurut Atlas (1988), penisilin yang efektif
terhadap bakteri Gram positif maupun bakteri Gram negative mempunyai spektrum
luas atau broad spectrum. Menurut Waluyo (2004), sifat-sifat yang
dimiliki penisilin sebagai berikut:
a. Menghambat
atau membunuh patogen tanpa merusak inang (host),
b. Bersifat
bakterisida dan bukan bakteriostatik,
c. Tidak
menyebabkan resistensi pada kuman,
d. Berspektrum
luas, yaitu dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan bakteri Gram
negatif,
e. Tidak
bersifat alergenik atau menimbulkan efek samping bila dipergunakan dalam jangka
waktu lama,
f. Tetap
aktif dalam plasma, cairan badan atau eksudat,
g. Larut
dalam air serta stabil.
B. Penicillium chrysogenum
Jamur
sangat memerlukan bahan makanan yang berbentuk zat organik, selain faktor atau
keadaan lingkungan tertentu, seperti suhu dan pH. Jamur diketahui tidak
berklorofil dan tidak mampu mensintesis makanan sendiri, sehingga bersifat
heterotrof(Makfoeld, 1993).
Jamur
tergolong dalam Eumycetes atau fungi sejati dan terdiri atas empat kelas yaitu
Phycomycetes, Aascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes (Fungi
Imperfecti). Penicillium bersama-sama dengan Aspergillus merupakan
anggota dari kelas Deuteromycetes. Penicillium memiliki ujung konidiofor
yang tidak melebar melainkan bercabang-cabang dengan deretan konidium. Kelompok
ini meliputi genus yang membentuk konidium dengan struktur yang disebut
penicillus (Rahayu et al., 1989). Penicillium chrysogenum merupakan
kapang (jamur) yang sangat penting dalam industri fermentasi untuk menghasilkan
penisilin. Klasifikasi Penicillium chrysogenum menurut Anonim (2005)
adalah sebagai berikut :
Phyllum
: Ascomycota
Classis
: Euascomycetes
Ordo
: Eurotiales
Familia
: Trichomaceae
Genus
: Penicillium
Species
: Penicillium chrysogenum
Ciri-ciri
spesifik Penicillium adalah hifa bersekat atau septet, miselium
bercabang, biasanya tidak berwarna, konidiofora bersekat atau septet dan muncul
di atas permukaan yang berasal dari hifa di bawah permukaan hifa bercabang atau
tidak bercabang, kepala hifa yang membawa spora berbentuk seperti sapu, dengan
sterigmata muncul dalam kelompok, konidium berbentuk rantai karena muncul satu
per satu dari sterigmata. Konidium pada waktu masih muda berwarna hijau,
kemudian berubah menjadi kebiruan atau kecokelatan (Fardiaz, 1992). Morfologi P.chrysogenum
dapat dilihat pada Morfologi P. chrysogenum.
Koloni
Penicillium chrysogenum tumbuh baik pada medium Czapek’s Dox,diameter
mencapai 4-5 cm dalam waktu 10 hari (25
), memiliki permukaan seperti kapas,
dan berwarna hijau kekuningan atau hijau agak biru pucat, sedangkan bila berumur
tua warna akan semakin gelap (Gandjar et al., 1999). Menurut Pitt dan
Hocking (1979), koloni Penicillium chrysogenum tumbuh secara cepat di
atas medium standar pada 25
, dan pada Czapek’s Yeast Agar (CYA)
menghasilkan blue-green konidium.
C. Pola
Pertumbuhan Penicillium chrysogenum
Definisi
pertumbuhan pada organisme multiseluler (termasuk jamur) adalah peningkatan
jumlah sel per organisme, sehingga ukuran sel juga menjadi lebih besar. Penicillin
chrysogenum yang ditumbuhkan pada konsentrasi air lindi dan gula tebu selama
6 hari inkubasi belum mencapai fase stasioner (Aritonang, 2006). Menurut Crueger
dan Crueger (1990), produksi penisilin dengan Penicillium chrysogenum berlangsung
dari 0 sampai 140 jam (sekitar 5-6 hari). Pemberian nutrien dalam berbagai komponen
dalam medium kultur akan memperpanjang tahap produksi penisilin dari 120 sampai
180 jam (Crueger dan Crueger, 1990). Pola pertumbuhan Penicillium chrysogenum
pada limbah tembakau (clove) 60% dengan penambahan variasi kadar
gula tebu menunjukan awal fase stasioner diduga berlangsung pada hari ke-6 masa
inkubasi dan terjadi sangat singkat . Pola pertumbuhan mikrobia terbagi atas empat
fase, yaitu fase lag, fase ekponensial, fase satasioner dan fase kematian.
Menurut Fardiaz (1992), pertumbuhan mikrobia dalam suatu medium diikuti dalam
waktu pengamatan yang cukup lama, maka
dapat digambarkan dalam bentuk pola atau fase pertumbuhan yang meliputi :
a) Fase
adaptasi yaitu fase pada saat mikrobia menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
dan sel-sel mulai membesar tetapi belum membelah diri,
b) Fase
pertumbuhan dipercepat yaitu fase saat mikrobia mulai membelah diri tetapi waktu
generasi masih panjang,
c) Fase
pertumbuhan logaritma yaitu fase saat kecepatan pembelahan sel paling tinggi
dan waktu generasi pendek,
d) Fase
pertumbuhan yang mulai menghambat, yaitu fase saat kecepatan pembelahan sel
mulai berkurang, jumlah mikrobia yang mati bartambah banyak karena nutrien
mulai berkurang,
e) Fase
stasioner yaitu fase pertumbuhan saat kadar nutrien semakin berkurang dan sel
tidak tumbuh lagi,
f) Fase
kematian dipercepat yaitu fase saat kecepatan kematian meningkat terus dan kecepatan
pembelahan sel menjadi nol.
Menurut
Jutono et al., (1980), pertumbuhan mikrobia di dalam suatu suspensi atau
bahan dapat diukur dengan beberapa cara, yaitu perhitungan massa sel secara
langsung dan secara tidak langsung. Perhitungan jumlah mikrobia secara langsung
dipakai untuk menentukan jumlah mikrobia keseluruhan baik yang mati maupun yang
hidup, dengan cara, yaitu menggunakan counting chamber, pengecatan, dan
pengamatan mikroskopik menggunakan filter membran.
Perhitungan
jumlah mikrobia secara tidak langsung dipakai untuk menentukan jumlah mikrobia
keseluruhan baik yang hidup maupun yang mati atau hanya untuk menentukan jumlah
mikrobia yang hidup saja, tergantung pada cara yang digunakan. Beberapa metode
yang digunakan adalah menggunakan sentrifuge, turbidimetrik berdasarkan
analisis kimia, berat kering, cara pengenceran, Most Probable Number (MPN),
dan berdasarkan jumlah koloni (plate count) (Jutono et al., 1980).
Perhitungan secara tubidimetrik atau perhitungan secara langsung massa sel atau
filamen miselium sampel dalam suatu volume tertentu. Dalam penentuannya, sampel
mula-mula disentrifugasi atau disaring lalu dicuci, dikeringkan dan ditimbang
beratnya. Perhitungan secara langsung sering digunakan untuk pengukuran sel
selama proses fermentasi (Waluyo, 2009).
D. Produksi
Penisilin oleh Penicillium chrysogenum
Produksi
penisilin oleh jamur Penicillium chrysogenum terjadi selama fase stasioner
sehingga dikenal sebagai metabolit sekunder. Dalam metabolit sekunder ini terdapat
fase pertumbuhan (tropofase) dan fase pembentukkan produk (idiofase). Kebanyakan
produk diproduksi setelah pertumbuhan masuk dalam fase stasioner Menurut
Crueger dan Crueger (1990), produksi penisilin dengan Penicillium chrysogenum
berlangsung dari 0 sampai 140 jam (sekitar 5-6 hari). Fase pertumbuhan Penicillium
chrysogenum mempunyai jangka waktu sekitar 40 jam, selama waktu tersebut
medium akan digunakan untuk pembentukkan massa sel. Selanjutnya setelah 40 jam,
medium digunakan untuk produksi penisilin. Tahap produksi penisilin dapat diperluas
dari 120 sampai 180 jam apabila digunakan menambah nutrien seperti glukosa dan
nitrogen dalam berbagai komponen medium kultur. Penisilin yang dihasilkan oleh Penicillium
chrysogenum merupakan hasil metabolit sekunder yang bersifat ekstraseluler.
Penisilin yang akan dikeluarkan dari sel dan terakumulasi di dalam medium
fermentasi, sehingga perlu dilakukan purifikasi.
E. Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Produksi Penisilin.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan mikrobia adalah tersedianya nutrien, air, suhu,
oksigen, pH, adanya zat-zat penghambat, dan adanya mikrobia lain (Fardiaz,
1992).Pembentukan biomasa oleh ketersediaan nutisi dalam medium dan keadaan
lingkungan sekitar. Penicillium chrysogenum memerlukan sumber C organik
dalam jumlah sekitar 4-5% (Makfoeld, 1993). Sumber karbon yang terkandung dalam
medium pertumbuhan akan digunakan untuk perbanyakan biomasa miselium kira-kira
65%, untuk pertumbuhan sel kira-kira 25% dan untuk pembentukan produk kira-kira
10% (Cruger dan Cruger, 1990). Sumber N bagi pertumbuhan mikrobia diperlukan
untuk sentesis berbagai senyawa sel yang penting termasuk asam amino, protein,
asam nukleat, dan beberapa vitamin (Garaway dan Evans, 1984).
Air
sangat vital artinya bagi kehidupan mikroorganisme karena semua aktivitas
metabolisme terjadi dalam substrat yang mengandung air bebas. Tiap jenis
mikrobia mempunyai kelembaban optimum tertentu, pada umumnya khamir dan bakteri
membutuhkan kelembaban yang lebih tinggi dibanding jamur (Hidayat at al.,
2006). Tidak semua air dalam medium digunakan oleh mikrobia, air yang digunakan
disebut air bebas. Ketersediaan air yang dapat digunakan oleh mikrobia sering
dinyatakan dengan aktivitas air (aw)
yaitu nilai perbandingan antara tekanan uap air dengan tekanan uap murni. Nilai
aw untuk bakteri antar
0,90 sampai 0,99 namun bakteri halofil memiliki aw
0,75 (Hidayat et al., 2006). Suhu merupakan
salah satu faktor penting dalam kehidupan mikrobia. Beberapa mikrobia dalam
kisaran suhu yang luas. Berkaitan dengan suhu pertumbuhan dikenal suhu minimum,
maksimum dan optimum. Suhu minimum adalah suhu terendah dimana kegiatan
mikrobia masih berlangsung. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi yang masih
dapat menumbuhkan mikrobia tetapi pada tingkat kegiatan fisiologi yang rendah.
Sedangkan
suhu optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikrobia. Menurut Waluyo
(2004), kebanyakan kapang bersifat mesofilik, yaitu mampu tumbuh baik pada suhu
kamar. Suhu optimum untuk produksi penisilin oleh Penicillium chrysogenum dan
kapang lainnya dalam memproduksi penisilin berkisar antara 24-30oC.
Oksigen merupakan unsur yang terdapat dalam molekul hayati seperti asam amino,
nukleotida dan gliserida. Kebutuhan oksigen dipenuhi bersama dengan masuknya
molekul lain seperti protein dan lipid. Disamping itu, oksigen dalam bentuk O2
juga diperlukan untuk menjalankan respirasi aerobik.
Aerasi dan agitasi (pengadukan) diperlukan untuk mensuplai oksigen bagi
aktivitas metabolik mikrobia. Jumlah oksigen yang kurang dari kebutuhan minimal
akan menghambat pertumbuhan sel dan sintesis produk. Volume penyerapan oksigen
minimum dalam fermentasi penisilin berkisar antara 0,4-0,8 mM/L. Kecepatan
agitasi yang digunakan dengan berbagai macam turbin, yaitu sekitar 120-150 rpm
(Crueger dan Crueger, 1990). Konsentrasi ion hidrogen (pH) atau derajat
keasaman sangat memengaruhi pertumbuhan mikrobia karena nilai pH sangat
menentukan aktivitas enzim. Selama pertumbuhan mikrobia dapat menyebabkan
perubahan pH medium sehingga tidak sesuai lagi untuk pertumbuhan, karena itu
diperlukan buffer di dalam medium untuk mencegah perubahan pH. Menurut
Fardiaz (1988), Kontrol pH dalam fermentasi sangat penting dilakukan karna pH
yang optimum harus tetap di pertahankan, kapang mempunyai kisaran pH untuk
pertumbuhan 3-8,5. Menurut Waluyo (2004), kebanyakan kapang dapat tumbuh baik
pada pH 2,0-8,5, tetapi biasanya pertumbuhan akan baik pada kondisi pH rendah
atau asam. Kebanyakan spesies fungi dapat tumbuh dalam rentang pH yang lebih
lebar dari sangat asam sampai sangat alkali. Dalam biakan fungi dapat tumbuh
pada pH 2-3 dan beberapa cenderung masih aktif pada pH 9 atau lebih, seperti
antibiotik yang terkenal yaitu Penicilium (penisilin), groseofulvin, Chepolasaparium
(sapalossporin), Aspergillus (Fumigasi), Chaetomium (chetomin),
Fusarium (javanisilin), dan Trocoderma (Gliotoxin) (Suwandi,
1989).Beberapa jenis jamur memproduksi komponen penghambat bagi mikrobia
lainya, misalnya Penicillium chrysogenum dengan memproduksi penisilin.
Aktivitas penisilin dari Penicillium chrysogenum mampu menghambat
bakteri Staphyloccocus aureus dan Escherichia coli, ditunjukkan
dengan luas zona hambat yang diperoleh pada konsentrasi air lindi 45% dengan
penambahan konsentrasi gula tebu 6% yaitu sebesar 0,833 dan 0,145 cm2
(Aritonang, 2006)..
Beberapa komponen kimia bersifat mikrostatik, menghambat pertumbuhan jamur
misal asam sorbat, propianat, asetat atau fungisida yang mematikan jamur
(Hidayat et al., 2006).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Fungsi
dan Efek Samping Penisilin
Penisilin merupakan jenis antibiotic yang masuk
dalam kelompok beta laktam yang pertma kali ditemukan oleh Alexander Fleming
pada tahun 1928 di London. Penisilin yang digunakan di dunia medis, terdiri
dari 2 yaitu :
1. Penisilin
alam
2. Penisilin
semisismetik
Pembuatan penisilin semisismetik dilakukan dengan
cara mengubah struktur kimia penisilin alam atau dengan cara sintesisdari inti
penisilin.
1. Fungsi
Penisilin
Penisilin
digunakan untuk mengatasi infeksi yang berkaitan dengan :
a. Kulit
b. Gigi
c. Mata
d. Telinga
e. Saluran
pernafasan
Cara kerja penisilin adalah dengan menghambat
pembentukan mukopeptidayang diperlukan untuk pembentukan sintesis dinding sel.
Sehingga penisilin akan menghasilkan efek untuk membunuh bakteri atau mikriba
yang sedang aktif membelah diri.
2. Efek
Samping Penisilin
Efek
samping yang mungkin akan timbul saat penggunaanpenisilin adalah :
Ø Mudah
marah
Ø Halusinasi
Ø Kejang
Ø Nyeri
pada bagian lidah atau tenggorokan
Ø Muntah
Ø Diare
Ø Dan
bukan merupakan sesuatu yang serius
Pada orang yang pengalami alergi pada penisilin
kemungkinan akan mengalami masalah kulit seperti :
a) Gatal-gatal
b) Ruam
Hingga reaksi sistemik yang serius. Pada dosis yang
tinggi, efek samping penggunaan penisilin dapat memicu reaksi nefrotoksis dan
neurotoksis.
B. Proses
Pengolahan Penisilin
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
dari makalah di atas maka saya dapat mengambil kesimpulan yaitu :
1. Mikroorganisme
yang digunakan dalam pengolahan penisilin adalah jamur Penicillium
chrysogenum.
2. penisilin merupakan salah satu antibiotika yang
menggunakan mikroorganisme berupa jamur penicillium chrysogenum yang ditemukan
oleh Alexander Fleming, yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang
dapat menyebabkan infeksi pada tubuh manusia.
3. Penisilin
memiliki beberapa funsi dan juga efek samping di antara lain, salah satu fungsi
penisilin adalah untuk mengatasi infeksi yang terjadi pada mulut, kulit, dll.
Sedangkan efek samping yang bias di timbulkan adalah salah satunya yaitu, dapat
menyebabkan mutah, diare, dll.
B. Saran
Pada pengolahan penislin sebaiknya harus
diperhatikan tingkat kesterilan alat alat yang di gunakan, dan juga harus benar
benar memperhatikan bagaimana fermentasinya, dan juga kualitas kontrolnya juga
sangat penting, intinya, pada proses pengolahan penisilin, kita harus benar
benar teliti dalam proses pengerjaanyya sehingga penisilin yang di hasilkan
dapat benar baik.
DAFTAR PUSTAKA
usuhamart.wordpress.com/2012/02/23/membuat-antibiotik/.
Diakses pada tanggal 08 desember 2014, pukul 20.16
70penemu.blogspot.com/2012/03/Alexander-fleming-penemu-penisilin.html#axzz3LJdwM9Vg
, diakses pada tanggal 08 desember 2014, pekul 20.30
Indobeta.com/fungsi-dan-efek-samping-penisilin/13851/,
diakses pada 08 desember 2014. Pukul 20.34
Kepacitan.wordpress.com/farmakologi/penisilin/,
diakses paa 08 desember 2014 pukul 16.37
Ilmuantibiotik.blogspot.in/2013/05/penisilin-dan-penggunaannya.html?m=1,
diakses pada tanggal 08 desember 2014 pukul 21.00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar