BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pencemaran lingkungan bukanlah suatu hal yang baru,
karena pencemaran lingkungan telah terjadi sejak dahulu sampai sekarang..
Pencemaran yang paling besar disebabkan oleh pembuangan senyawa kimia tertentu
dari kegiatan industri dan transportasi. Salah satu bahan pencemar terbesar
yang dihasilkan adalah Timbal (Pb). Banyak industri yang pada proses
produksinya menggunakan Timbal (Pb) seperti industri pembuatan baterai,
industri cat, pestisida, pembuatan pipa, dan industri keramik. Timbal (Pb) juga
digunakan sebagai bahan aditif pada bahan bakar, khususnya bensin sebagai anti
knocking (anti letup).Timbal (Pb) termasuk salah satu zat kimia berbahaya yang
dapat mengganggu kesehatan bila masuk ke dalam tubuh manusia. Menurut Palar
(2008), gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh keracunan Timbal (Pb) seperti
anemia, gangguan janin pada ibu hamil, peningkatan permiabilitas pembuluh
darah, kerusakan pada otak besar, epilepsi, halusinasi, dan delirium, yaitu
sejenis penyakit gula. Menurut Widowati (2008), gejala dan tanda-tanda klinis
akibat paparan Timbal (Pb) antara lain: kram perut, kolik, dan biasanya diawali
dengan sembelit, mual, muntah-muntah, dan sakit perut yang hebat, sakit kepala,
bingung, atau pikiran kacau, sering pingsan.Timbal (Pb) bisa masuk ke dalam tubuh
manusia melalui saluran pernapasan (respirasi) dan saluran pencernaan
(gastrointestinal). Menurut Darmono
(1995), Timbal (Pb) yang masuk melalui saluran pencernaan bersumber dari
makanan dan minuman yang tercemar Timbal (Pb). Makanan dapat terkontaminasi
baik pada saat produksi, pasca-produksi, maupun praproduksi. Praproduksi
mencakup proses pembibitan dan pemeliharaan baik tanaman maupun hewan ternak.
Beberapa penelitian tentang kandungan Timbal (Pb) pada makanan menunjukkan
kontaminasi Timbal (Pb) terjadi pada saat praproduksi. Pencemaran pada saat
praproduksi bisa saja terjadi melalui udara yang tercemar, lingkungan yang
tercemar. Seperti penelitian oleh Harahap (2004) tentang pengaruh pencemaran
Timbal (Pb) dari kendaraan bermotor dan tanah terhadap tanaman dan mutu teh,
memperoleh hasil bahwa kandungan Timbal (Pb) dalam daun teh sebesar 2,87 ppm.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sahwan (1992), tentang hubungan
kandungan Timbal (Pb) di udara, rumput, dan air minum dengan kandungan Timbal (Pb)
pada air susu sapi. Dari penelitian di empat titik lokasi yang berbeda,
memperoleh hasil bahwa kandungan Timbal (Pb) dalam susu sapi rata-rata tercatat
0,77 ppm (lokasi I), 1,03 ppm (lokasi II), 0,74 ppm (lokasi III) dan 0,37 ppm
(lokasi IV). Penelitian lain oleh Wardhayani (2006) dengan hasil pengukuran
Timbal (Pb) pada urin sapi, semua sampel mengandung Timbal (Pb) dari 0,1179 ppm
-0,5813 ppm. Adanya kandungan Timbal (Pb) dalam urin sapi yang digembalakan di
TPA sampah Jatibarang, menunjukkan bahwa sapi potong tercemar Timbal (Pb).
Penelitian lainnya oleh Panggabean (2008), analisa kandungan Timbal (Pb) di
dalam jeroan sapi (hati dan ginjal) di wilayah Jakarta. Dari hasil uji terhadap
156 sampel diperoleh konsentrasi Timbal (Pb) dalam jeroan sapi antara 0,042-9,39
ppm (rata-rata 2,23 ± 2,10 ppm ), 32 sampel dinyatakan positif Timbal (Pb)
karena melebihi BMR SNI dalam daging 2 ppm, WHO 0,05 ppm dalam daging dan 0,2
ppm dalam daging menurut European Commission Regulation. Banyaknya pencemaran
Timbal (Pb) yang terjadi pada proses pemeliharaan sapi potong di beberapa kota,
menimbulkan kekuatiran akan daging yang kita konsumsi setiap harinya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang di maksud plumbum?
2. Berapa
kandungan maksimal plumbum pada jeroan sapi ?
3. Bagaimana
potensi pencemaran plumbung pada jeroan sapi?
4. Bahaya
apa saja yang dapat ditimbulkan dari mengkonsumsi jeroan daging yang tercemar
oleh plumbum?
5. Bagaimana
cara pencegahan agar jeroan daging sapi tidak tercemar oleh plumbum?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahi apa yang dimaksud Plumbum.
2. Untuk
mengetahui dari mana saja sumber Plumbum pda jeroan sapi.
3. Untuk
mengetahui bahaya mengkonsumsi jeroan sapi yang mengandung plumbum.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Plumbum (Pb)
Timbal atau plumbum (Pb) adalah metal kehitaman yang merupakan bahan baku
untuk pembuatan alat-alat listrik seperti aki, baterai, juga digunakan untuk
melapisi logam lain untuk mencegah terjadinya korosif. Logam Pb dapat mencemari
lingkungan udara yang sangat tinggi disebabkan logam Pb merupakan hasil samping
dari pembakaran kendaraan bermotor.
Timbal adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang
Pb dan nomor atom 82. Lambangnya diambil dari bahasa Latin Plumbum. Logam
ini termasuk dalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada table periodik unsur
kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot (BA) 207,2. Logam timbal
merupakan logam yang tahan korosi, mempunyai titik lebur rendah sekitar
327,5°C, memiliki kerapatan yang besar, dan sebagai penghantar listrik yang
baik.
Timbal adalah logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi
dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami. Timbal dalam
keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam. Timbal terakumulasi di
lingkungan, tidak dapat terurai secara biologis dan toksisitasnya tidak berubah
sepanjang waktu. Timbal bersifat toksik jika terhidup atau tertelan oleh
manusia dan di dalam tubuh akan beredar mengikuti aliran darah, diserap kembali
di dalam ginjal dan otak, dan disimpan di dalam tulang dan gigi.
B.
Kandungan
Maksimal Plumbum (Pb) pada Jeroan Sapi
Berdasarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI)
Kandungan Logam Berat pada pangan didapatkan jumlah kandungan jeroan pada sapi,
babi kambing hanya di wajibkan maksimum 1,0 mg/kg karena tidak menutup kemungkinan pada jeroan sapi bisa tidak
mengandung plumbum karena sapi terkadang memakan banyak jenis makanan yang
kemungkinan tercemar oleh plumbum terutama sapi yang serring di TPA.
C.
Pencemaran
Plumbum pada Jeroan Sapi
Sumber pakan sapi
berasal dari limbah pertanian, rumput
liar ataupun buatan pabrik. Namun harga
jual pakan pabrikan cukup tinggi sehingga membatasi daya
beli peternak sapi. Limbah pertanian
juga sering digunakan untuk pakan sapi, namun limbah pertanian
hanya dapat diperoleh selama musim
panen. Namun, menurut Indraningsih (2004),
limbah yang dimanfaatkan sebagai
pakan ternak, perlu diperhatikan kemungkinan
adanya pencemaran pestisida pada pakan tersebut, sehingga dapat dihindari
timbulnya residu pada produk ternak
yang dihasilkan. Rumput liar
merupakan pakan ternak yang paling
sering digunakan karena
bisa diperoleh begitu saja
tanpa membeli. Rumput liar
biasanya tumbuh dimana saja, dipinggir
jalan,raya, dekat dengan
tempat pembuangan sampah, dan
dilahan kosong yang tidak
ada bangunannya. Pengelola peternakan sering
tidak memperdulikan dimana lokasi
pengambilan rumput, baik itu
dipinggir jalan ataupun
dekat dengan pembuangan sampah.
Sahwan (1992) dalam penelitiannya
menemukan bahwa rumput liar yang
digunakan sebagai pakan ternak
mengandung kadar Timbal
(Pb) yang cukup tinggi,
terutama rumput yang diambil dari lokasi dekat dengan jalan
raya karena tingginya emisi
Timbal (Pb) dari kendaraan bermotor. Keterbatasan lahan
untuk digali sebagai sumber air
tanah mengharuskan peternak menggunakan PDAM
sebagai sumber air minum
sapi sekaligus penggunaan
untuk rumah tangga. Menggunakan
Air PDAM sebagai sumber air minum
memiliki resiko tercemar timbal (Pb).
Menurut Palar (2008), dalam
air minum juga
dapat ditemukan senyawa Timbal
(Pb) bila air tersebut
disimpan atau dialirkan
melalui pipa yang merupakan
alloy dari logam Timbal
(Pb) yang terkelupas.
Sedangkan sebagian peternak lainnya
menggunakan air tanah, air
tanah biasanya diperoleh dengan sumur
bor yang di
gali di sekitar
peternakan. Air
tanah akan tercemar
timbal (Pb) apabila
dekat dengan sumber limba ataupun sampah-sampah seperti
aki bekas, baterai bekas,
alat- alat elektonik, kaleng cat dan tinta pada kertas.
Menurut Burau (1982) dalam
Diapari (2009), sumber pencemaran
Timbal (Pb) didalam tanah
dapat berasal dari
asap kendaraan bermotor,
penambangan dan industri serta cat tembok yang larut bersama air hujan. Pada Jeroan sapi yang berasal dari peternakan
yang berlokasi di
tepi jalan raya akan
terjadi akumulasi Timbal
(Pb)terus -menerus melalui
udara tercemar Timbal (Pb)
di sekitar peternakan.
Udara sekitar peternakan tercemar
oleh Timbal (Pb) dikarenakan tingginya
emisi dari gas buang
kendaraan yang lalu
lalang. Sastrawijaya (1991), pembakaran
bensin sebagai sumber pencemar
lebih dari separuh pencemaran
udara, yaitu sekitar 60 – 70 % dari jumlah zat pencemar.
Widowati (2008) semakin
meningkatnya jumlah
kendaraan maka semakin meningkat pula
jumlah Timbal (Pb)
di udara dari asap
buangan kendaraan bermotor
sebagai hasil pembakaran mesin. Sedangkan
menurut Saeni (1995)
partikel Pb yang dikeluarkan
oleh asap kendaraan bermotor berukuran antara 0,08 – 1,00
μg dengan masa tinggal
di udara selama
4 –40 hari.
Masa tinggal yang
lamamenyebabkan partikel Pb dapat disebarkan angin hingga
mencapai 100 –
1000 kmdari sumbernya.
1. Faktor
persekitaran
a. Plumbum
boleh wujud di dalam tanah di kawasan penanaman rumput atau tumbuh-tumbuhan
yang biasa di jadikan pangan sapi.
b. Plumbum
wujud dalam habuk dapat mencemari makanan sapi yang biasa dari kendaraan
bermotor, serbuk baterei dan sisa limbah dari industri terutama sapi yang
sering digembala di TPA.
2. Faktor
Makanan dan Minuman Sapi
a) Terkadang
sapi memakan saja apa yang disekitarnya sehingga banyak potensi sapi tersebut
telah mengandung atau telah tercemar oleh Plumbum (Pb) yang dapat erkumulasi di
dalam hati, ginjal dan isi perut (Jeroan) pada sapi sehingga terkadang banyak
kandungan Plumbum pada jeroan sapi.
Pada
minuman sapi yang tidak diperhatikan sapi-sapi akan meminum saja air yng
disediakan di sekitar dan potensi pencemaran Plumbum pada air sangat besar
karena Menurut
Palar (2008), Pb dan persenyawaannya dapat berada dalam badan perairan dengan
dua cara, yaitu:
a. Secara
alamiah, melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan dan proses
korosifikasi bantuan mineral akibat hempasan gelombang dan angin;
b.
Sebagai dampak dari aktivitas manusia, buangan air
limbah dari industri yang berkaitan dengan Pb, air buangan dari pertambangan
bijih timah hitam dan buangan sisa industri baterai.
Sementara
menurut (Alloway, 1990, cit Charlena, 2004), pencemaran badan air oleh senyawa
Pb yang melebihi baku mutu, selain dapat mengakibatkan kematian biota air, jika
digunakan untuk mengairi tanaman maka akan terserap kedalam jaringan tanaman
melalui akar, yang selanjutnya akan masuk kedalam siklus rantai makanan dan
akan terakumulasi pada jaringan tubuh.
b) Proses
Pemrosesan Jeroan Sapi
a. Penggunaan
utensil/peralatan yang bukan stainless steel boleh menyebabkan
migrasi plumbum ke dalam Jeroan Sapi.
b. Penggunaan
air yang tercemar dengan plumbum ketika proses mencuci jeroan sapi.
D.
Bahaya
yang Ditimbulkan dari Mengkonsumsi Jeroan Sapi Yang Terkontaminasi Plumbum (Pb)
Secara umum
tertimbunnya timbal dalam tubuh akan bersifat racun kumulatif, yang dapat
mengakibatkan efek yang kontinyu. Terutama pada sistem hematopoietic dan
urat syaraf dan ginjal serta mempengaruhi perkembangan otak anak balita. Pada
wanita hamil muda, kadar timbal yang tinggi dapat menyebabkan keguguran atau
kelahiran premature. Pada kadar yang agak tinggi akan menghambat perkembangan
sistem syaraf dan otak janin ( fetus) dalam kandungan. Ion timbal ikut
menyebar di setiap kalsium yang bergerak dalam sistem syaraf, sehingga hal itu
akan mempengaruhi biokimia dan perkembangan sel-sel otak tanpa membunuh si
jabang bayi itu sendiri. Karena air susu ibu sebagian besar berasal dari
darah, adanya timbal dalam darah merupakan ancaman tersendiri pada bayi yang
akan disusuinya. Pada wanita usia setengah lanjut maupun yang telah lanjut
usia, keracunan timbal dapat mengakibatkan osteoporosis. Osteoporosis adalah
penyakit rapuh tulang yang mengakibatkan bengkoknya tulang punggung sehingga
menjadi bungkuk. Dr. Ellen Silbergerd (1989) menyatakan bahwa kadar
timbal di dalam darah wanita akan meningkat setelah menopause. Hal ini terjadi
karena timbal yang biasanya telah disimpan oleh tubuh di dalam tulang, hati dan
ginjal; pada saat memasuki menopause terjadi proses perubahan hormonal yang
mengakibatkan timbal yang telah dipindahkan ke tulang dan bagian tubuh lain
beberapa tahun sebelumnya ditarik kembali masuk ke dalam darah.
Kadar timbal
yang cukup tinggi di dalam darah dapat menginaktifkan vitamin D dan akibatnya
akan mempengaruhi penggunaan ion kapur (kalsium) di dalam tubuh, dimana adanya
vitamin D dan kalsium diperlukan untuk memperkuat struktur tulang. Semakin
tinggi kadar timbal dalam tulang wanita semasa muda akan mempertinggi peluang
terjadinya osteoporosis ketika wanita tersebut memasuki usia lanjut. Perubahan
hormonal dapat juga mempengaruhi kadar timbal dalam tenunan tubuh wanita yang
sedang mengandung atau menyusui. Timbal yang disimpan dalam tulang sebelu
wanita itu mengandung, apabila telah mengandung maka timbal ditarik kembali ke
dalam darah dan akhirnya masuk ke dalam janin ( fetus ) melalui ari-ari
( placenta). Anak kecil dan bayi senang sekali pada benda yang manis. Cat
mainan anak yang mengandung timbal dan cadmium justru banyak yang manis
rasanya, dengan demikian anak-anak senang menggigitnya. Ditambah dengan
konsumsi air, makanan dan ASI yang tercemar timbal akan berakibat sangat serius
pada anak, yakni sangat membahayakan bagi kecerdasan si anak. Keracunan timbal
pada balita sangat membahayakan perkembangan kecerdasannya. Hal ini disebabkan
karena tahun pertama pada kehidupannya, otak mengalami perkembangan yang sangat
cepat. Pada saat perkembangan, otak sangat peka terhadap keracunan timbal.
Perlu diketahui bahwa pada anak usia 7 tahun, lebih dari 95%pembentukan sel-sel
otak telah selesai dan otak telah memiliki ukuran yang sama dengan otak orang
dewasa. Sejak tahun 1972 JECFA
( Joint Expert Committee on Food Additives) telah mengeluarkan
pedoman batas toleransi konsumsi timbal per minggu, yaitu maksimum 50 g/kg
beratbadan orang dewasa. Sedang untuk bayi dan anak maksimum 25 g/kg berat
badan.
Jika manusia
terpapar oleh Pb pada batasan toleransi, maka daya racun yang dimiliki oleh Pb
tetap akan bekerja dan bila jumlah yang diserap telah mencepai ambang atau
bahkan melebihi batas ambang maka individu yang terpapar akan memperlihatlan
gejala keracunan Pb yang Lebih banyak menyerang bagian tubuh.
Gejala
maupun tanda-tanda secara klinis terpapar Pb akan timbul berbeda-beda. Plumbum
akan beracun baik dalam bentuk logam maupun bentuk garamnya seperti Pb
karbonat, Pb tetra oksida, Pb monoksida, Pb sulfida dan Pb asetat merupakan
keracunan Pb yang sering terjadi. Pb dapat masuk ke dala tubuh melalui
pernafasan 85%, pencernaan 14 % (termasuk jeroan sapi), dan kulit 1%. Ketika Pb
mulai terkumulasi dalam darah seseorang mencapai 10p g/dl maka dapat terjadi
penururunan IQ sebesar
point. Apabila
ha tersebut terjadi pada orang dewasa, maka efek yang timbul adalah beberapa
gejala sakit dan penyakit, seperti gangguan fungsi ginjal, saluran pencernaan,
sistem saraf, menurunkan fertilitas, menurunkan jumlah spermatozoa dan
meningkatkan spermatozoa abnormal dapat menyebabkan aborsi spontan.
Toksisitas
Pb pada anak-anak dalam dosis yang kecil dan berlangsung terus-menerus dapat
menyebabkan neurotoksik (racun saraf) dan kelainan tingkah laku. Keracunan Pb
walaupun tidak menunjukkan gejala keracunan tetapi pengaruhnya sangat
mengkhawatirkan, baik berupa penurunan neuro behavior maupun daya
intelektualnya.
Bayi dan
anak-anak lebih peka terhadap toksisitas Pb dari pada orang dewasa, yang
disebabkan mereka memilih absorpsi Pb lebih Intensif. Organ otak, hati dan
ginjal masih relatif muda dan masih terus berkembang dan merekan mengkonsumsi
makanan lebih banyak untuk setiap unit
berat badannya. Tingkat kecerdasan (IQ) akan menurun pada anak yang kadar Pb
dalam darahnya tinggi dan hal tersebut berpengaruh pada orang dewasa wanita
hamil dan menyusui.
Berbagai
upaya dan tindakan pengamanan perlu dilakukan dalam rangka mencegah dan
mengurangi pencemaran Pb, upaya tersebut di antaranya adalah dengan menghindari
penggunaan peralatan-peralatan dapur atau tempat makanan atau minuman yang
diduga mengandung Pb misalnya keramik berglasur, wadah yang dipatri atau
mengandung cat, dan lain-lain.
E.
Cara
Pencegahan Plumbum(Pb) Tidak Terpapar pada Jeroan Sapi
1. Selalu
menjaga kebersihan tempat ternak sapi, dan kandang sapi/tempat ternak sapi tidak
di pinggir jalan karena Pb biasaya berasal dari asap kendaraan.
2. Menjaga
agar pakan sapi seperti tidak mengembil pakan sapi dari rumput dari pinggir
jalan karena kemungkinan rumput tersebut tercemar oleh Plumbum, dan tidak
menggembala sapi sembarangan terutama di TPA karena terdapat banyak bahan-bahan
yang mengandung Plumbum.
3. Tidak
memberi pakan sapi yang terbuat dari limbah hasil industri karena limbah hasil
industri banyak mengdung Pb.
4. Menjaga
agar sapi tidak meminum air yang tercemar.
5. Pada
saat pemotongan atatu penolahan sapi terutama pada jeroan sebaiknya tidak
menggunakan peralatan yang tidak stainless steel karena kemungkinan perlatan
tersebut mengandung Pb yang dapat berpindah/mencemari jeroan sapi tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Timbal atau
plumbum (Pb) adalah metal kehitaman yang merupakan bahan baku untuk pembuatan
alat-alat listrik seperti aki, baterai, juga digunakan untuk melapisi logam
lain untuk mencegah terjadinya korosif. Logam Pb dapat mencemari lingkungan
udara yang sangat tinggi disebabkan logam Pb merupakan hasil samping dari
pembakaran kendaraan bermotor. Plumbum pada jeron sapi dapat timbul yang
berasal dari makanan atau minuman yang sering di konsumsi oleh sapi yang
tercemar ooleh Plumbum dan juga bisa ketika pengolahan jeroan sapi dari alat
yang tidak stanless steel. Mengkonsumsi makanan yang mengandung timbal akan
menyebabkan gangguan urat syaraf dan ginjal, perkembangan otak, pertumbuhan
penurunan IQ, gigi permanen mudah keropos, saluran pencernaan, sistem saraf,
menurunkan fertilitas, menurunkan jumlah spermatozoa dan meningkatkan
spermatozoa abnormal dapat menyebabkan aborsi spontan.
B. Saran
Sebaiknya para peternak sapi agar selalu
menjaga kebersihan kandang sapi menjaga makanan atau minuman sapi agar tidak
tercemar oleh Plumbum. Dan bagi masyarakat untuk lebih tidak selalu
mengkonsumsi jeroan sapi karena banyak sapi yang lebih banyak mengendung
Plumbum pada isi sapi dan pada saaat pengolahan sapi sabaiknya menggunakan alat
yang stainless steel.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar